Yuk Kenal Lebih Dekat Apa Itu IISMA dari Para Awardee
Universitas Islam Indonesia (UII) terus mendorong mahasiswanya untuk terlibat dalam mobilitas global. Salah satunya yakni melalui Indonesian International Students Mobility Awards (IISMA). Sejalan dengan hal itu, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK KUI) melaksanakan talk show “IISMA Berbagi: Pengalaman Hingga Tantangan Belajar Di Luar Negeri” pada Sabtu (8/1). Acara daring ini menghadirkan empat orang awardee IISMA untuk berbagi cerita serta pengalaman selama mengikuti program. Mereka adalah Nadira Muthia S. awardee University of Leeds, Nani Septianie awardee University of Warsaw, Itsnatani Humaira A. awardee University of Twente, dan Adisa Tiara K. R awardee University of California, Davis.
Para awardee memiliki alasan yang berbeda mengapa mereka memilih universitas tujuan masing-masing. Misalnya Adisa yang memiliki keinginan untuk pergi ke Amerika Serikat sejak kecil sewaktu orang tuanya melaksanakan perjalanan bisnis ke Los Angeles. Sedangkan Nadira dan Nani memilih University of Leeds dan Warsaw karena ketersediaan mata kuliah yang sesuai dengan minat serta program studi mereka di UII.
“Awalnya nyoba iseng-iseng untuk mendaftar dan ternyata keterima. Waktu pertama kali mendarat di Belanda, sangat tertarik dengan negara ini dan orang-orang baru. Semua awardee ngebuat kita untuk sangat terpacu.” Ujar Itsnatani ketika ditanya mengenai kesan yang muncul saat pertama kali mendarat di Belanda.
Nani menambahkan bahwa tekanan yang dihadapi selama di Polandia membantunya untuk terus berkembang. Ia membangun kebiasaan baru yang lebih baik seperti lebih rajin untuk membaca materi sebelum perkuliahan serta revisi yang disampaikan oleh dosen sebelum mengerjakan tugas selanjutnya.
Selain beradaptasi dengan lingkungan, para mahasiswa juga cukup disibukkan dengan sistem pembelajaran kampus yang cukup berbeda dengan Indonesia. Seperti kurikulum di Inggris yang membagi kelas menjadi 2 sesi yakni seminar dan perkuliahan. Hal tersebut juga berlaku di Amerika Serikat yang membagi kelas menjadi perkuliahan dan diskusi.
Meskipun memiliki penamaan yang berbeda, kedua sistem tersebut sama-sama membebaskan mahasiswa untuk saling berdiskusi dengan dipandu oleh seorang asisten pengajar. “Adaptasi itu memang tidak mudah, tapi perlahan kamu akan memahaminya.” Ujar Adisa.
Sedangkan di luar kelas, para awardee juga mulai membiasakan diri dengan makanan dan cuaca negara tujuan yang cukup jauh berbeda dengan Indonesia. Namun, kesulitan yang mereka hadapi bisa terlewati dengan baik berkat bimbingan dari PPI setempat dan kerjasama sesame awardee. “Gara-gara susah bersama selama karantina, kita (awardee University of Twente) jadi saling kenal dan ngebangun ikatan selama masa karantina ini.” ujar Itsnatani. Terkait makanan halal, keempat awardee setuju bahwa makanan halal cukup mudah ditemukan di kota masing-masing.
Selain mengikuti pembelajaran di universitas tujuan, para awardee memiliki kegiatan masing-masing di luar perkuliahan seperti Adisa yang menghabiskan waktunya untuk bepergian keliling Amerika Serikat, berolahraga seperti anggar dan gym, berpartisipasi dalam pesta Halloween serta potluck bersama sesame awardee UC Davis.
Sedangkan Nani Septiani menyampaikan bahwa di luar kegiatan non-akademik dia lebih sering menghabiskan waktunya untuk keliling mencari restoran dan toko pakaian bersama anggota PPI Polandia. “Teman-teman ku banyak yang mengeksplorasi ke luar (negeri) namun karena terlalu dingin jadi aku lebih sering main di Polandia saja.” Ujar Nani. Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh Nadira yang banyak menghabiskan waktunya bersama mahasiswa S2 dan S3 di University of Leeds.
Setiap awardee memiliki pengalaman tak terlupakan selama mengikuti program IISMA. Adisa banyak menemukan hal baru seperti wanita sholat tidak mengenakan mukenah dan seorang laki-laki yang sholat dengan tetap memakai sepatunya. Sedangkan Itsnatani merasa bahwa program IISMA ini membuka kesempatan baru untuknya dengan mengikuti lomba essay bersama sesame awardee lainnya.
Menurut Nani, hal yang paling ia rasakan ketika mengikuti program IISMA adalah proses membentuk diri untuk lebih disiplin dan taat dengan aturan. “Aku jadi belajar untuk lebih berani berpendapat dan banyak perspektif dari sesama mahasiswa bahkan dosen sangat menghormati semua pendapat yang dimiliki oleh mahasiswa.” pungkas Nadira. (AP/ESP)