Wanita-Wanita dalam Al-Qur’an
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111)
Sebagaimana dalam firman Allah yang disebutkan oleh Ustadzah Floweria, S.IP., pada kajian Lensa Muslimah yang diberikannya pada Jumat (28/8). Kajian tersebut merupakan kajian khusus muslimah yang diadakan oleh Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII).
Ustadzah Floweria menyatakan penting bagi setiap muslimah mengetahui kisah-kisah wanita dalam Al-Qur’an agar dapat dijadikannya teladan. “Di Al-Qur’an disebutkan wanita baik dan juga buruk. Yang buruk atau yang masuk neraka bisa jadi pelajaran dan hikmah untuk kita agar dapat mengawasi diri agar tidak menirukannya. Dan juga wanita baik dapat menginspirasi kita agar dapat masuk surga,” ucapnya.
Ia menyebut terdapat dua kelompok wanita yang disebutkan dalam Al-Qur’an, di antaranya sebelum zaman Rasulullah dan saat zaman Rasulullah. Wanita yang ada sebelum zaman Rasulullah terdiri atas, istri Adam (Hawa, QS. 7:19), istri Nuh dan istri Luth (QS. 66:10), istri Ibrahim (Sarah, QS. 11: 71-72), istri Ibrahim (Hajar, QS. 14:37), istri Al Azis (sebagian riwayat menyebut Zulaikha, QS. 12: 21), istri Imran (QS. 3: 35), istri Zakaria (QS. 19: 8), istri Fir’aun (Asiyah binti Muzahim, QS. 66: 11), ibunda Musa (QS. 20: 38), saudara perempuan Musa (QS. 20: 40), dua perempuan yang bertemu Musa (QS. 28: 23-26), pemimpin negeri Saba’ (Balqis, QS. 27: 44), dan Maryam putri Imran (QS. 66: 12).
Sedangkan wanita yang ada pada zaman Rasulullah adalah Istri Rasulullaah (Aisyah binti Abu Bakar ra QS. 24: 11-16), Istri Rasulullaah (Zainab binti Jahsy ra, QS. 33: 37-38), Perempuan yang mengajukan gugatan kepada Rasulullaah (Khaulah binti Tsa’labah, QS. 58:1), istri Rasulullaah (Hafshah binti Umar ra, QS. 66:3), dan istri Abu Lahab (QS. 111: 4).
Dari kedua kelompok itu, maka ditemukan tiga macam wanita. Pertama, perempuan yang belum menikah sebanyak 19% yakni Musa, dua perempuan yang bertemu Musa, dan Maryam. Kedua, perempuan yang sudah menikah sebanyak 54% yakni Hawa, Sarah, Hajar, istri Al-Aziz, istri Imran, istri Zakaria, Aisyah, Zainab, Hafshah, Khaulah, istri Nuh, istri Luth, Asiyah, dan istri Abu Lahab. Ketiga, perempuan sebagai ibu sebanyak 27% yakni Hawa, Sarah, Hajar, istri Imran, istri Zakaria, ibunda Musa, dan Maryam.
Melanjutkan, Ustadzah Floweria menyebut terdapat lima tipe dalam perempuan. Kelima tersebut terdiri atas tipe penghasut, tukang fitnah, biang gosip seperti Hindun dan istri Abu Lahab, tipe penggoda seperti Zulaikha, tipe pengkhianat dan ingkar dengan suami seperti Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, tipe pejuang seperti Asiyah, serta tipe menjaga kesucian seperti Maryam.
Di sisi lain, kata Ustadzah Floweria terdapat empat wanita yang dijamin masuk surga. Hal tersebut berdasarkan HR. Baihaqi yang berbunyi “sebaik-baik perempuan muslimah surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam, dan Asiyah.”
Ustadzah Floweria mengangkat beberapa kisah wanita dalam Al-Qur’an, diantaranya Maryam dan Asiyah. Kisah Masyam seperti dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Al-Imran: 42)
Selain itu dalam QS. At-Tahrim: 12 yang berbunyi, “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”
Sedangkan kisah kehidupan Asiyah tercatat dalam QS. Al-Qashash: 9 yang berbunyi, “Dan berkatalah istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.”
Lalu terdapat pula dalam QS. At-Tahrim ayat 11 yang berbunyi, “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.”
Di akhir kajiannya, Ustadzah Floweria menegaskan bahwa berganti tahun godaan berbuat maksiat akan semakin besar. Oleh karenanya, semua kembali ke dalam diri masing-masing tiap individu. Dengan kesadaran yang tinggi bahwa azab Allah nyata adanya, maka dapat mencegah perbuatan yang dilarang-Nya. “Dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat segalanya. Dunia hanyalah di genggaman tangan. Jika kita condong ke hal buruk maka segeralah diluruskan agar kembali ke jalan yang benar,” tambahnya.
Ketika seseorang menikah, Ustadzah Floweria berpesan juga agar jangan sampai keimanan istri bergantung kepada imam suami. Melainkan, istri haruslah terus berusaha agar menjaga keimanan tetap terjaga dan meningkat. “Hati ini sebenarnya memiliki satu rongga apakah Allah atau yang lain. Dosa kecil lama-lama bertumpuk akan menjadi besar. Ingat Allah berada di manapun,” tutupnya. (SF/RS)