Ups and Downs Belajar Bahasa Prancis
Mengawali tahun baru 2021, Warung Prancis berganti nama menjadi Kafe Prancis. Dalam proses rebdranding dan pengenalan nama baru ini, Kafe Prancis menyelenggarakan sebuah diskusi dengan tema “Ups and Downs Belajar Bahasa Prancis” pada Kamis (28/1) secara daring. Diskusi menghadirkan pembicara mahasiswa studi master di Institut Polytechnique de Paris, Rilwanu Ar Roiyyan dan calon mahasiswa program master di Universite Pantheon Sarbonne Faradina Isabelle. Jalannya diskusi dipandu oleh Sallu Muharomah.
Rilwanu mengatakan pertama kali belajar Bahasa Prancis ketika mengikuti transfer kredit di Universite Bourgogne, Prancis pada saat menempuh studi Strata Satu. Ia belajar Bahasa Prancis agar bisa bergaul dengan penduduk local, apalagi orang-orang Prancis terkenal dengan kebanggan yang tinggi terhadap bahasa mereka.
“Selaku pendatang, kita harus mencoba berbicara Bahasa Prancis walaupun dengan tergagap-gagap” ujar Rilwanu. Menurutnya belajar bahasa Prancis secara langsung dapat membantu memahami bahasa pergaulan dengan mudah walaupun metode belajar ini memiliki kelemahan karena tidak dilakukan secara terstruktur.
Berbeda dengan Rilwanu, Faradina belajar bahasa Prancis untuk memenuhi persyaratan melanjutkan studi master di Universite Pantheon Sorbonne yang mewajibkan calon pendaftar memiliki sertifikat C1. Faradina mengaku bahwa ia belajar bahasa Inggris melalui video pembelajaran di YouTube dan mengikuti program bimbel di institusi pendidikan Bahasa Prancis. Menurutnya, dua metode belajar tersebut harus diikuti dengan sering menonton film berbahasa Prancis dan berkomunikasi dengan orang Prancis baik melalui teks maupun pesan suara.
Menurut Rilwanu kesulitan dalam belajar Bahasa Prancis muncul ketika kita harus berbicara dengan orang-orang Prancis yang umum nya berbicara dengan kecepatan tinggi. Walaupun ketika masuk ke dalam ranah akademik, dosen akan berbicara lebih pelan ketika berhadapan dengan mahasiswa asing. Kesulitan juga hadir karena banyaknya jumlah imigran di Prancis yang menyebabkan timbul nya berbagai macam dialek. Faradina menambahkan bahwa grammar yang sangat berbeda dengan Bahasa Inggris serta sulit nya membedakan ragam huruf hidup dan pengucapan huruf R menambah tingkat kesulitan belajar Bahasa Prancis.
Walaupun memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, kedua pembicara mengajak seluruh audience untuk belajar Bahasa Prancis karena sebagai salah satu dari lima bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bahasa Prancis memberikan begitu banyak kemudahan baik dalam usaha mencari beasiswa pendidikan maupun lapangan pekerjaan.
“Dibutuhkan kompetensi dalam bidang bahasa dan keahlian untuk menaklukkan Prancis dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Mereka membuka kesempatan dengan memberikan visa cari kerja setelah lulus selama satu tahun. Setelah mendapatkan pekerjaan, kita diberikan resident card untuk bekerja disana. Resident card yang didukung Bahasa Prancis memudahkan untuk bekerja dan membangun usaha di Prancis.” Ujar mahasiswa Institut Polytechnique De Paris ini.
“Menguasai Bahasa Prancis akan menjadi keunikan tersendiri karena tidak seeksklusif Bahasa Inggris dan memudahkan kita untuk bekerja di berbagai perusahaan Prancis di Indonesia” Tambah Faradina. Ia juga mengatakan bahwa belajar bahasa Prancis harus diiringi dengan niat dan motivasi yang tinggi agar tidak mudah lelah dan jenuh.
Ginanjar Gailea, M.A. yang merupakan salah satu koordinator Kafe Prancis mengatakan bahwa di awal 2021 ini Kafe Prancis akan melaksanakan beberapa diskusi dan sharing session secara daring sebagai bentuk usaha pengenalan nama baru Kafe Prancis. “Selain sebagai media untuk memperkenalkan nama Kafe Prancis, kegiatan-kegiatan ini secara garis besar tetap bertujuan untuk memperkenalkan pendidikan, budaya, dan bahasa Prancis kepada public,” ujarnya.
Ginanjar juga menambahkan bahwa perubahan nama Warung Prancis menjadi Kafe Prancis merupakan bentuk rebranding yang dilakukan dalam rangka menciptakan citra baru, yang diharapkan dapat berdampak pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kafe Prancis kedepannya.
“Berhubung hampir semua pusat informasi Prancis di berbagai universitas di Indonesia menggunakan nama “Warung Prancis”, penggunaan nama “Kafe Prancis” bisa menjadi identitas khusus bagi pusat informasi Prancis di UII, sekaligus mempermudah orang untuk mengenali karena menggunakan nama yang berbeda,” tukas Ginanjar. (AP/RS)