Umat Islam Harus Lebih Solid Menyongsong Masa Depan
Indonesia lahir dan dibangun dari beragam latar belakang. Ini membentuk karakter Indonesia sebagai bangsa yang toleran dan menghargai perbedaan. Umat Islam memiliki peran besar untuk menjaga tradisi tersebut. Sebab umat Islam merupakan mayoritas di negeri ini.
Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Yogyakarta merespon hal itu dengan mengadakan forum guna membahas masa depan umat Islam. Acara ini bertajuk Simposium Keummatan dengan tema “Menatap Masa Depan Keummatan”. Bertempat di Auditorium Badan Wakaf UII Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Selasa (23/1).
Persatuan dan kesatuan ummat menjadi gagasan dan prioritas utama dalam menata masa depan keummatan. “Simposium ini harus mempunyai peran untuk meneruskan gerakan dakwah, menata jenjang, dan dinamika keummatan. Serta bagaimana mengatur langkah kita bukan hanya dalam lingkup organisasi namun juga nasional”, Ujar M Natsir Sahib selaku Ketua Panitia Penyelenggara
Hal senada juga diampaikan oleh Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum.,Ph.D. Menurutnya, Islam harus menjadi pedoman dalam beraktivitas di segala aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi bahkan politik termasuk dalam menata masa depan umat kedepannya.
“Kami melihat bahwa terselenggraanya simposium ini memiliki relevansi dengan tantangan yang dihadapi umat Islam di Indonesia saat ini. Simposium ini seakan menegaskan peran dan posisi umat Islam kedepannya. UII sebagai institusi pendidikan juga siap untuk mengambil peran dalam medorong tercapainnya persatuan umat demi tercapainya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.” Ujarnya.
Dr. Khamim Zarkasih selaku Presidium KAHMI DIY memberikan apresiasi kepada UII karena telah menjalankan komitmennya untuk menjadi fasilitator pada rekonsiliasi KAHMI. “Saat ini masalah umat Islam terbagi dua, ada yang karakter Islamnya tidak sepenuh hati dan ada juga yang Islamnya sudah baik namun justru terkena virus yang berujung pada pecah belah. Maka saat ini bertabayunlah atas segala doktrin atau informasi” Ujarnya.
Simposium ditutup dengan pemaparan Dr. Eggi Sudjana, SH, M.Si (Aktivis Reuni Aksi 212). Ia menyampaikan bahwa Al-Qur’an harus menjadi tuntunan utama. “Apabila berbicara tentang perspektif keummatan maka tidak hanya berbicara pada lingkup HMI namun umat secara keseluruhan”, pungkasnya.
Pembicara lain yang juga turut hadir dalam simposium ini di antaranya Lukman Hakiem (Mantan Ketua Umum PB HMI), Mulyadi P Tamsir (Ketua Umum PB HMI saat ini), dan Abdullah Hehamahua, S.H., M.M (Ketua Komite Etik KPK). (BKP)