UII Terima Kunjungan Universitas Majalengka
Kerjasama di antara perguruan tinggi swasta merupakan hal yang perlu dibangun secara kontinyu. Masing-masing perguruan tinggi swasta memiliki karakteristik yang dapat saling melengkapi satu sama lain. Hal ini dapat menjadi nilai tambah untuk digali sebagai peluang kerjasama yang membawa manfaat bagi kedua pihak. Sebagaimana tergambar dalam kunjungan Universitas Majalengka (UNMA) ke kampus terpadu UII pada Selasa (7/8). Kunjungan berlangsung di Ruang Erasmus, Gedung GBPH Prabuningrat dan dihadiri oleh segenap pimpinan UII. Kedua pihak terlibat diskusi intensif mengenai tata kelola kampus, pembinaan mahasiswa, pengembangan SDM, dan modernisasi teknologi informasi.
Rektor UNMA, Prof. Dr. Ir. Sutarman, M.Sc dalam kesempatannya mengatakan keinginannya untuk berkunjung ke UII sejak lama, namun baru terealisasi pada tahun 2018 karena berbagai kesibukan. “Kunjungan ke UII karena kami ingin mendalami tentang sistem penjaminan mutu internal dan tata kelola perguruan tinggi yang baik. Saat ini, kami juga tengah mempersiapkan diri menghadapi akreditasi institusi perguruan tinggi. Kami melihat UII memiliki kelebihan dalam hal ini yang perlu kami serap”, ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan, UNMA yang saat ini telah berusia 57 tahun memiliki 6.000 mahasiswa dan 209 dosen pengajar. Sedangkan dari segi akademik, UNMA terdiri dari 8 fakultas dan 23 program studi, dengan 18 di antaranya telah meraih akreditasi B. Menurut Prof. Sutarman, UNMA memiliki visi untuk menjadi universitas terkemuka di tingkat nasional dan khususnya di Jawa Barat di tahun 2026.
Sementara itu, Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D menyambut baik kunjungan UNMA. Menurutnya, apa yang didapat dari kunjungan ke UII merupakan oleh-oleh yang nantinya dapat diadopsi sesuai dengan ciri khas dan keunggulan yang dimiliki oleh UNMA.
Terkait dengan sistem penjaminan mutu, Fathul Wahid menjelaskan hal ini haruslah diawali dari kesadaran pimpinan dan manajemen perguruan tinggi. Berawal dari itulah, penjaminan mutu dapat diinternalisasikan sebagai budaya organisasi hingga ke level terkecil di tingkat unit.
“UII sendiri mengambil referensi dari berbagai standar yang ada, seperti ISO, AUN-QA, QS-STAR, dsb. Namun dari hal itu, kami mengembangkan standar sendiri yang sesuai dengan nilai dan budaya yang ada di UII”, jelasnya.
Selanjutnya ia juga menjelaskan tiga resep yang menjadi kunci perkembangan UII. Ketiga resep tersebut adalah, pertama keikhlasan pendiri UII yang mewakafkan kampus ini sebagai milik umat, kedua kerja keras dari berbagai elemen yang ada, dan ketiga doa yang dipanjatkan oleh masyarakat serta sivitas akademika untuk kemajuan UII.