UII Tambah Profesor Bidang Ilmu Pengantar Rancang Kota
Ir. Suparwoko, MURP., Ph.D resmi menyandang gelar jabatan akademik profesor dalam bidang ilmu Pengantar Rancang Kota berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 18374/M/07/2023. Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) tentang Penyerahan Jabatan Profesor dibacakan langsung pada Rabu (12/04) di Gedung Kuliah Umum Prof. dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.
Keberhasilan Suparwoko meraih gelar profesor ini diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi 8 dosen lain di UII yang sedang mengikuti program percepatan profesor yang usulannya telah diproses baik di fakultas/universitas/LLDikti.
Dalam sambutannya, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. turut mengucapkan selamat atas jabatan profesor Ir. Suparwoko. Ia bersyukur, karena saat ini proporsi dosen UII yang menjadi profesor adalah 3,8% (30 dari 790 dosen) yang mana lebih tinggi dari rata-rata nasional 2%.
Ia kemudian mengajak hadirin untuk sejenak merefleksikan terkait saintis secara meluas, yang berfokus pada tingkat kepercayaan kepada saintis sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan perangai ilmiah (scientific temper, scientific attitude) baik di kalangan saintis, maupun publik secara umum.
Perangai ilmiah adalah sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa jawaban atas pertanyaan empiris akan ditemukan tidak pada penghormatan kepada otoritas atau komitmen ideologi, tetapi pada bukti yang dikumpulkan.
“Ada dua prinsip dalam konteks ini yang perlu diikuti: (a) kita peduli dengan bukti empiris dan (b) kita mau mengubah teori jika ditemukan bukti baru (McIntyre, 2019). Kebenaran ilmiah adalah kebenaran berdasar data yang dikumpulkan sebagai bukti empiris,” ungkapnya.
Pengingkaran terhadap bukti empiris dinilai akan melawan perangai ilmiah. Hal ini bisa terjadi karena (a) kesalahan yang disengaja, (b) kemalasan dan kecerobohan, dan (3) kesalahan yang tidak disengaja karena jebakan bias kognitif.
“Karena itulah, diperlukan kendali diri untuk menjaga etika ilmiah, karena riset adalah soal kejujuran. Kehadiran kelompok kritis juga diperlukan untuk saling mengontrol supaya tidak tergelincir pada praktik yang tidak etis dalam riset ilmiah,” tegasnya.
Pesan senada juga disampaikan oleh Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII. Harapnya, Ir. Suparwoko bisa membuat karya-karya sains yang lebih mudah dipahami publik seperti halnya profesor sains terkenal dunia, Stephen Hawking dan Michio Kaku.
“Jadi kalau Pak Suparwoko lepas dari Scopus 2 atau 3 tahun, lalu berfikir tentang growth nya desa dan kota di Indonesia, saya kira ini luar biasa. Jadi sekali-kali tulisan kita menjangkau publik yang jauh lebih luas,” pungkasnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY Prof. drh. Aris Junaidi Ph. D. berpesan kepada Ir. Suparwoko untuk lebih produktif. Ia menilai akan ada tambahan tugas khusus sebagai profesor, terutama pemenuhan kewajiban Tri Dharma.
“Menarik apa yang disampaikan Pak Rektor, bahwa kejujuran akademik penting bagi kita semua, dan ini memang benar,” ujarnya.
Bertambahnya profesor di UII ini menurutnya bisa menambah kiat semangat UII serta mampu meningkatkan reputasi dalam prestasi akademik.
Terhitung dalam lima tahun terakhir, Ir. Suparwoko aktif melakukan berbagai penelitian. Penelitian di antaranya yaitu dengan judul Prototipe Toilet Berbahan Dasar Pipa Paralon dan Papan GRC dengan Pendekatan Penggunaan Bahan dan Cara Kontruksi pada tahun 2022 dengan pendanaan dari Jurusan Arsitektur UII.
Ia juga beberapa kali menerima pendanaan penelitian Ristekdikti pada tahun 2017-2019, serta mendapatkan hibah penelitian dari Dinas PU TARU Kutai Kartanegara di tahun 2013 dan 2012 dengan bidang penelitian pada Kajian Pemanfaatan Ruang Wilayah Rawan Bencana Kebakaran dan Kajian Pemetaan Ruang Wilayah Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tidak hanya itu, ia juga memiliki karya ilmiah yang telah berhasil dipublikasikan dalam beberapa jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi. (LMF/ESP)