UII Siap Lahirkan Startup dan Wirausaha Mahasiswa
Tidak hanya berkecimpung di dunia organisasi internal kampus, kesempatan mahasiswa untuk memulai dan mengembangkan sebuah bisnis juga berpotensi menjadi jenjang karir masa depan. Hal ini terungkap dalam acara Growth Fest 2019 yang diinisiasi oleh Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) UII. Acara yang berlangsung pada Rabu (4/12) di Auditorium Kahar Mudzakkir UII ini juga diwarnai dengan wisuda sembilan tenant binaan wirausaha UII kategori UBIC (UII Business & Innovation Challenge). Kesembilan tenant bergerak di berbagai bidang wirausaha dan mendapat dukungan penuh dari IBISMA UII, baik dari segi pembinaan maupun modal.
Dalam talkshow acara, Bio Hadikesuma selaku CEO Lima Pilar Inspirasi menjelaskan bahwa proses perkembangan yang dilalui dalam bisnis kerap dinilai berisiko dan berpotensi gagal. “Inovasi bisnis adalah hal yang nyeleneh,” ungkapnya menanggapi pertanyaan yang dilempar Kepala Divisi Pembinaan Prestasi, Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc., selaku moderator.
Dengan tajuk “How to Get Innovation & Business”, ia menjelaskan pentingnya kekuatan mental dalam memulai bisnis. “Saya dan rekan memulai bisnis dari yang paling pahit. Kami tidak bicara untuk punya ini itu, tapi kami memikirkan apa risiko terburuknya,” tuturnya.
“Kami bersama-sama mengkritik satu sama lain. Yang hebat bukanlah mereka yang mendapatkan keuntungan yang “meroket”, tapi mereka yang dapat bertahan di kondisi terburuk dan bangkit lagi. Ingat, pebisnis hebat berdiri di atas kritik,” ucap Bio menegaskan.
Sementara itu, pembicara lain yakni Rininta Hanum berbagi tentang empat aspek inti yang menjadi fondasi berdirinya sebuah bisnis. “Pertama, business art terkait bagaimana arah dan konsep bisnis yang ingin dikembangkan, yang kedua product expert yang berarti orang yang ahli dalam pendesainan sebuah produk yang akan memberikan pertimbangan-pertimbangan terkait produk, ketiga management internal yang terkait dengan pengelolaan kelompok dan pengembangan sumber daya, kemudian terakhir ada marketing yang artinya pasar yang menjadi target konsumen,” tutur Head of Incubation Program IBISMA UII itu.
Rininta berpendapat bahwa bisnis adalah tentang bagaimana melihat peluang. “Dulu sempat ada gerakan Gejayan Memanggil, ketika banyak mahasiswa berdemonstrasi dan menyuarakan aspirasi, ada beberapa mahasiswi yang menjual semangka di tengah terik matahari. Satu semangka bisa mencapai tujuh sampai sepuluh ribu, dan mereka membuatnya menjadi potongan kecil dan menjualnya lima ribu per potong. Dan keuntungannya lumayan, jadi bisnis itu adalah tentang bagaimana mengubah kondisi menjadi cuan,” ungkap Rininta.
“Kondisi yang baik-baik saja juga perlu diwaspadai,” ungkap Rininta. “Lalu perkara mengembangkannya, ada tiga. Product development, branding development, dan management development,” jelas Rininta. Refleksi tetap menjadi kunci penting untuk senantiasa mengevaluasi kinerja dalam bisnis. “Ketika kita ingin berkembang (scale-up), kita juga perlu menyelami permasalahan yang ada dalam internal (scale-deep),” pungkas Rininta. (IG/ESP)