UII Perkuat Kolaborasi dengan Unida Gontor
Kunjungan kerja sama terus bergulir ke pihak Universitas Islam Indonesia (UII). Universitas Darussalam (Unida) Gontor kini berkunjung ke kampus tertua di Indonesia itu. Kunjungan tersebut diselenggarakan pada Senin (10/1) bertempat di Gedung Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Rombongan Unida disambut dengan hangat oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. “Semoga kunjungan ini mengeratkan hubungan baik yang selama ini sudah terjalin antara keduanya,” sambutnya.
Kedekatan antara UII dan Gontor bukanlah suatu hal yang baru. Dipaparkan oleh Fathul, dari sekian banyak pendiri UII, terbesit juga nama K.H. Imam Zarkasyi. Berdasarkan informasi yang ada, beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Modern Gontor. “Jadi ada hubungan genetik, intelektual, kenegaraan antara UII dan Gontor yang melahirkan Unida,” ungkap Fathul. Sehingga menurutnya hubungan tersebut perlu dilestarikan dan terus dijaga sebab diyakini terdapat keselarasan antara dua institusi Islam itu.
Islami, Mondial, Unggul, Intelektual, dan Indonesiawi merupakan nilai yang dibawa oleh Fathul dan para kolega. “Nilai-nilai itu semoga dapat menyatukan kita berdua,” harap Fathul ke Unida. Selain itu, perkembangan kampusnya juga ditengarai oleh beberapa faktor. Fathul mencoba menelusurinya. “Dapat dianggap berkembang karena keikhlasan para pendiri; do’a dari banyak pihak; dan ikhtiar kecil yang coba kami jalankan guna merawat cita-cita para leluhur sebelumnya,” ungkapnya panjang.
Terkait proses bertumbuh, UII juga diyakini dan bertekad ingin melangkah lebih jauh dan dalam periode yang berkelanjutan. “Dan kami berharap kerjasama yang baik akan terjalin, karena kami juga percaya kalau mau pergi cepat, pergi sendiri. Akan tetapi, jika ingin pergi jauh pergilah bersama,” tutur Rektor UII.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Rektor Unida, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. berterima kasih karena telah disambut hangat oleh pihak UII. Menyambung Fathul, Hamid Fahmy mengaku bahwa pendiri Gontor merupakan pemrakarsa berdirinya UII juga. “Misi dan idealisme yang kita emban sama. Meskipun hal itu diungkapkan dalam ekspresi yang berbeda,” ucap Hamid Fahmi.
Dirinya juga yakin bahwa para ulama terdahulu memiliki satu gagasan yang sama. Kebersamaan yang telah dibangun menurutnya harus tetap terjaga dan dikuatkan. Lebih jauh, menurut perspektifnya zaman sekarang bukanlah lagi waktunya untuk berkompetisi.
“Kalau ada yang lebih unggul, kita ngaji ke situ,” tambahnya. Tambahan pula, membangun jejaring berbasis pertukaran pengalaman dan ilmu adalah tujuan yang coba dibangun Unida. “Berhubungan bukan hanya dalam masalah kekeluargaan, tetapi juga dalam keilmuan. Maka dari itu, kami coba sinau kepada institusi Islam yang ada di Jogja,” jelas Rektor Unida.
Tertarik Mendirikan Fakultas Kedokteran
Pendirian fakultas kedokteran (FK) menjadi kunci dari bertemunya saudara serahim itu. Pihak Unida berkehendak meramu pengalaman serta pembelajaran yang relevan dari UII untuk menunjang fondasi fakultas kedokteran yang diimpikan. Maka dari itu, menurut Hamid Fahmy perbedaan yang ada antara keduanya sedapat mungkin diminimalisir terlebih dahulu. “Mari cari persamaan, karena dengan itu kita bisa berkolaborasi,” paparnya.
Selanjutnya, Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. Presiden Unida turut berpendapat. Besar harapannya untuk FK UII dapat menjadi pembina bagi fakultas kedokteran di institusinya. Ia menilai pemilihan sebagai pendamping bukan tanpa sebab karena hubungan kedua institusi sudah seperti saudara.
Diskusi pembentukan FK Unida kemudian berlanjut di Ruang Auditorium FK UII beranggotakan rektor, dekan, dan jajaran berkaitan. Sementara itu, rombongan lainnya tetap di lokasi sebelumnya guna mendiskusikan berbagai hal. Pembahasan berlanjut dan dimoderasi oleh Rektor UII langsung. Pemaparan mengenai situasi yang ada, langsung diambil alih oleh Dekan FK UII, dr. Linda Rosita, M.Kes., Sp.PK(K).
Terdapat beberapa poin penting dalam diskusi yang ada. dr. Linda memaparkan beberapa hal pokok dalam pendirian fakultas kedokteran nantinya. Salah satunya adalah diskursus mengenai pembentukan tim inti dan kurikulum yang akan digunakan nantinya. Dalam pandangannya, kedua hal tersebut merupakan hal krusial yang harus diperhatikan secara utuh. “Bentuk timnya terlebih dahulu. Karena nantinya yang akan berurusan secara terus-menerus terkait hal apapun adalah orang yang ada di tim itu,” pungkasnya. (KR/ESP)