UII Kembali Gelar Pemutaran Film Sardjito Dalam Lukisan Revolusi
Sebagai salah satu wujud dukungan pengusulan Prof. Dr. dr. M. Sardjito, MD., MPH. sebagai Pahlawan Nasional, Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar pemutaran film dokumenter Sardjito Dalam Lukisan Revolusi. Bertempat di Ruang Audiovisual Gedung Rektorat UII, pada Selasa (10/7), pemutaran film tidak hanya menyita perhatian mahasiswa UII tetapi juga mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta.
Dalam pemutaran film dokumenter ini, diawali dengan pemutaran video singkat testimoni dari dosen senior UII seperti Prof. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., dan Prof. Dr. Rusli Muhammad, S.H., M.H.
Menurut Prof. Mahfud, sosok Prof. Sardjito yang juga merupakan Rektor UII Periode 1964-1970 dikenal oleh warga UII dari peran besar beliau melalui jejak sejarah dan peninggalan-peninggalan prestasinya di UII.
“Prof. Sardjito pertama kali masuk ke UII sebagai seorang yang berhasil membangun kokohnya institusi UII. Dengan adanya Pak Sardjito UII menjadi stabil, jumlah mahasiswa meningkat, dan akreditasinya mendapat status tertinggi untuk kala itu,” ujarnya.
Prof. Mahfud menambahkan, dari pengetahuan orang yang pernah bertemu atau menapaktilasi jejak Prof. Sardjito, beliau memang sangat layak untuk mejadi pahlawan nasional.
“Untuk menjadi pahlawan nasional itu syaratnya pernah berjuang di zaman kemerdekaan dan revolusi, orang yang sudah meninggal dan sangat memiliki prestasi yang sangat besar jasanya bagi bangsa dan negara seperti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian intelektualitasnya dan penemuan-penemuannya di bidang teknologi juga luar biasa,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Prof. Rusli Muhammad, dari segi pendidikan Prof. Sardjito sudah sangat diakui, dilihat dari sejarah bahwa beliau pernah memimpin dua perguruan tinggi besar di Indonesia, yaitu UGM dan UII. “Dilihat dari segi perjuangan beliau dalam konteks ide dan pemikiran, mengalir terus sampai akhir hidupnya,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan Prof. Rusli, dengan pemikiran-pemikiran kontributif terhadap bangsa Indonesia yang dimiliki oleh Prof. Sardjito ini, menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2009 tentang pemberian tanda jasa, salah satu syarat khusus untuk memberikan tanda jasa kepada seseorang adalah memberikan pemikiran-pemikiran yang besar.
Sementara dalam film dokumenter yang berdurasi selama 32 menit itu, dijelaskan bahwa Prof. Sardjito merupakan sosok penting dalam perjuangan Revolusi. Kisah perjuangan Prof. Sardjito juga secara lengkap diceritakan dalam buku Perjoangan Rakyat Klaten.
Perjuangan Prof. Sardjito dimulai dari Bandung, dengan mengambil alih Instituut Pasteur yang merupakan pabrik vaksin dari tangan penjajah Jepang, dan beliau merupakan orang Indonesia pertama yang memimpin pabrik vaksin ini. Selain merebut Instituut Pasteur, Prof. Sardjito juga mendirikan Palang Merah Indonesia.
Adapun beberapa jasa Prof. Sardjito lainnya pada masa revolusi tahun 1945-1950 di antaranya mendirikan Perguruan Tinggi, Dapur Umum dan Rumah Sakit Darurat pada masa Agresi Militer Belanda, menciptakan vaksin dan biskuit untuk tentara pejuang, membantu menyusun rute gerilya Nasution, serta menyuplai obat dan logistik pada kejadian Bandung Lautan Api dan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Salah satu mahasiswa yang hadir pada acara pemutaran film dokumenter ini, Aji Baskoro, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Jurusan Sejarah mengatakan bahwa Prof. Sardjito layak menerima penghargaan sebagai pahlawan nasional karena profil beliau menunjukkan dimensi lain dari revolusi, karena revolusi tidak selalu mengenai angkat senjata dan sebagainya, tapi juga ada dimensi sosialnya.
“Saya kira sosok Prof. Sardjito bisa mewakili dimensi sosial dari masa revolusi, dan karena hal itu beliau patut diusahakan untuk menjadi pahlawan nasional,” ujarnya. (LA/RS)