UII Jalin Kerja Sama dengan Kirikkale University, Turki
Universitas Islam Indonesia (UII) terus mendorong peningkatan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi mancanegara, salah satunya Kirikkale University, Turki. Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua perguruan tinggi di Gedung Kuliah Umum Prof. dr. Sardjito UII, Selasa (20/12). Penandatanganan MoU tersebut dihadiri oleh pimpinan UII, para dekan, perwakilan Kirikkale University, dan Trustees of IBTAV Turkiye.
Rektor Kirikkale University, Prof. Dr. Ersan Aslan dalam sambutannya menyampaikan bahwa kerja sama ini tidak hanya penting untuk kedua institusi tetapi juga sangat penting untuk mempererat hubungan kedua negara. “Sangat penting juga untuk melihat apa yang bisa kita lakukan ke depannya untuk melaksanakan kerja sama di bidang sosial dan teknologi, apa proyek yang bisa kita laksanakan di antara kedua institusi ini.” ujarnya.
Sementara itu, Member of the Board of Trustees of IBTAV & World Ethnosport Confederation President, Necmeddin Bilal Erdoğan, menyampaikan bahwa kerja sama ini diharapkan dapat berbuah aksi konkret yang kelak akan menginspirasi para pemuda muslim.
Menimpali hal ini, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D menyampaikan bahwa pelaksanaan kerja sama kedua institusi dapat dimulai melalui platform Erasmus+, pelaksanaan pertukaran mahasiswa, dosen hingga tenaga kependidikan. Fathul juga menawarkan kerja sama dalam bidang keilmuan psikologi khususnya dengan hadirnya pusat psikologi Islam dan summer school di UII.
Selain melaksanakan penandatanganan MoU, kerja sama kedua universitas juga diawali dengan kuliah umum bertema “History of Science in Islam” yang disampaikan oleh Rektor Kirikkale University Prof. Dr. Ersan Aslan, Necmeddin Bilal Erdoğan, dan President of Board Director IBTAV, Mr. Mecit Cetinkaya.
Ersan Eslan menyampaikan bagaimana saat ini dunia Barat membagi perkembangan keilmuan seperti sebuah jembatan yang terdiri dari zaman kuno dan saat renaissance. Namun, seorang muslim tidak boleh melupakan bahwa di antara kedua zaman tersebut terdapat abad pertengahan (abad 8 sampai 15 Masehi) yang di dalamnya terdapat kontribusi ilmuwan Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada abad pertengahan tersebut, Bagdad menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang kemudian disebarkan ke dunia Barat. Selain itu, hadirnya Ibnu Sina, Al Haytham, Ibnu Firnas dan Jabir bin Hayyan menjadi contoh bagaimana ilmuwan Islam telah memiliki kontribusi terhadap perkembangan peradaban dunia. Ia juga menyebutkan bahwa terdapat universitas internasional pertama di dunia yang didirikan di Bagdad pada tahun 813 M. Kemudian di tahun 859 M ada universitas yang didirikan oleh Fatima al-Fihri di Qarawiyyin Fez, Maroko yang diakui oleh UNESCO.
Di dunia modern, Bilal Erdogan mencontohkan seorang ilmuwan Islam asal Turki bernama Fuat Sezgin yang tinggal di Frankfurt, Jerman dan telah mempublikasikan ribuan karya ilmiah dalam 27 bahasa tanpa menggunakan penerjemah. Menurut Bilal, hadirnya Fuat harus menjadi contoh bagi para pemuda islam untuk giat dalam belajar dan tidak takut mengorbankan banyak hal agar bisa fokus dan belajar dengan baik.
Dia ingin menginspirasi pemuda Islam untuk memajukan peradaban. Ia pun menyoroti pentingnya kiprah para pemuda Islam dalam ilmu pengetahuan menyusul adanya anggapan di Turki bahwa orang-orang tidak akan maju jika tidak beragama Kristen. “Bagaimanapun juga, agama tidak berpengaruh dalam keilmuan karena ratusan tahun lalu para ilmuwan kita bisa mengembangkan peradaban dengan baik dan semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk terus mengembangkan keilmuan Islam.” Ujar Bilal.
Mecit Cetinkaya pun menyoroti hal yang sama bagaimana kontribusi seorang ilmuwan sangat penting bagi kemajuan peradaban Islam. “Saya berterima kasih kepada presiden kami yang telah banyak berkontribusi dalam perkembangan Islam di Turki.” Ujarnya. Hal ini ditandai dengan adanya 2.000 aktivitas akademik di tahun 2019 yang menjadi tahun dedikasi untuk kiprah yang telah dilakukan Fuat Sezgin dalam perkembangan ilmu pengetahuan Muslim di Turki. (AP/ESP)