,

UII Ikuti Rukyatul Hilal di Pantai Parangtritis

Program Studi Akhwal as-Syakhsiyah UII bersama Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam UII turut serta pada prosesi rukyatul hilal yang diselenggarakan oleh Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pengamatan kali ini juga diikuti oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Universitas Ahmad Dahlan, serta Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).

Berlokasi di Bukit Syekh Bela-belu, Pantai Parangtritis Bantul, Jumat (26/5), kurang lebih 48 mahasiswa program studi Akhwal as-Syakhsiyah turut serta dalam pengamatan hilal. Selain mahasiswa beberapa dosen UII juga turut hadir dalam agenda rukyatul hilal seperti Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam,  Dr. Tamyiz Mukharrom, MA., Ketua Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam, Dr. Sidik Tono, M.Hum, Ketua Program Studi Akhwal as-Syaksiyah, Prof. Amir Mu’alim, MIS.

Dalam pembukaan acara ini, Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, Drs. Masrudin, M.Pd.I menuturkan bahwa prosesi rukyatul hilal bukan hanya untuk menentukan 1 Ramadan, namun juga untuk menentukan 1 Syawal dan 1 Dzulhijjah.

Sementara disampaikan Mutoha Arkanuddin selaku kepala Badan HIsab Rukyat Yogyakarta, kondisi dan posisi hilal pada hari ini (26/5) sudah memungkinkan untuk dilihat. Ketinggian hilal pada hari ini (26/5) sudah berada disekitar 8 derajat.

Hal senada juga dipaparkan Dosen Ilmu Falak, Drs. Sofwan Jannah, M.Ag. Menurutnya pada hari ini (26/5) posisi hilal sudah cukup tinggi yaitu berada pada posisi diatas 8 derajat sehingga sudah dalam keadaan imkanu ar-rukyat (mungkin diadakan rukyat). “Namun kendati demikian kita tetap harus waspada karena bisa jadi cuaca berubah tiba-tiba,” Imbuhnya.

Hingga waktu pantauan hilal habis pada pukul 18.06 WIB, ternyata hilal tak dapat terlihat di Pos Observasi Bulan (POB) Syeikh Bela-Belu. Cuaca yang seketika mendung mengakibatkan sulitnya para pengamat melihat hilal. Menurut Sofwan Jannah, kondisi seperti ini seringkali terjadi. ”Pada siang hari cuaca cerah namun pada sore harinya justru mendung dan mengakibatkan hilal tertutup awan,” bebernya.

Lebih lanjut Sofwan Jannah menuturkan bahwa pengamatan hilal sebenarnya adalah upaya untuk membuktikan hasil perhitungan yang sebelumnya sudah dilakukan. Kebanyakan orng mengatakan rukyat atau melihat itu lebih mudah namun sore ini kita bisa melihat bahwsa justru rukyah itu lebih sulit.

Namun  kendati sore ini kita belum bisa melihat hilal, menurut  Sofwan Jannah esok hari kita tetap melaksanakan puasa 1 Ramadan, karena ditempat lain seperti Manado hilal sudah bisa terlihat. Dari pemerintahpun sudah ditetapkan berdasarkan hasil hisab.  Beberapa kendala yang seringkali hadir dalam pengamatan hilal adalah cuaca yang mendung. Walalupun awalnya cerah tapi cuaca seringkali berubah terlalu cepat.

Sofwan Jannah menambahkan bahwa Agenda rukyatul hilal ini merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh UII khususnya program studi Akhwal As-Syakhsiyah sebagai salah satu bentuk pembelajaran di luar kampus yang bertujuan untuk mempraktekkan teori yang telah didapatkan.