UII Bersama Baznas Yogyakarta Gelar Khitanan Massal
Sebanyak 225 anak mengikuti Khitanan Massal yang digelar di Masjid Diponegoro, Balaikota Yogyakarta pada Sabtu (25/6). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Yogyakarta bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) ini terbuka bagi masyarakat umum dan tanpa dikenakan biaya.
Program tahunan tersebut sempat terhenti pelaksanaannya selama dua tahun karena pandemi Covid-19. “Pelaksanaan (Khitanan Massal) kali ini menjadi tahun kedelapan kerjasama kami dengan FK UII,” tutur Drs.H.Syamsul Azhari, Ketua Baznas D.I. Yogyakatya saat ditemui di sela-sela acara.
Baznas dalam bidang kesehatan tidak hanya aktif dalam menggiatkan kegiatan khitan massal saja. Syamsul menjelaskan jika Baznas memiliki Layanan Aktif Baznas (LAB) yang merupakan suatu pelayanan darurat pada mustahik.
Lebih lanjut, Syamsul menjelaskan jika khitan massal kali ini sebenranya menargetkan 200 peserta. Namun, kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan sejak 2008 ini terpaksa absen selama dua tahun. Sehingga pada tahun 2022 ini banyak peminat yang hadir. Total ada 225 anak yang di khitan dengan rentang usia mulai 6 bulan sampai 15 tahun.
Baznas sendiri memprioritaskan pada anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Namun, tetap membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin mengikuti khitan massal ini. “Tahun ini ada 4 anak dari non-muslim,” imbuh Syamsul pada acara yang digelar juga dalam rangka Milad ke-79 UII ini.
Syamsul menegaskan bahwa Baznas memiliki misi kemanusiaan seluas mungkin. Ia juga berpesan kepada anak-anak yang mengikuti khitan untuk menjaga kesehatan dan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh tim medis.
Sebelum di khitan, dilakukan skrining kesehatan untuk memastikan keselamatan peserta. Setelah khitan juga akan dilakukan kontrol kesehatan kembali tiga hari setelahnya. “Bagi peserta muslim khususnya, semoga semakin menjadi anak yang saleh,” harap Syamsul.
Ditemui di tempat yang sama, Icha Nagari yang merupakan perwakilan dari Tim Bantuan Medis Mahasiswa (TBMM) Humerus FK UII menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh anak-anak sebelum di khitan.
Menurutnya, usia paling optimal untuk khitan adalah usia 5-10 tahun. Semakin tua seseorang dikhitan maka akan makin sakit. Untuk beberapa keadaan medis khusus seperti hipospadia dan epispadia juga tidak lolos skrining untuk melakukan khitan karena membutuhkan perawatan khusus.
Saat proses khitan, menurut Icha hal yang paling penting adalah ketenangan dari peserta untuk mencegah perdarahan. Setelah dikhitan, peserta dianjurkan untuk membasuh organ genitalnya menggunakan air matang yang sudah dimasak. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya infeksi. Peserta juga dibekali obat-obatan seperti penurun panas dan antibiotik.
Salah satu peserta, Nizam (10) yang diantar oleh kedua orang tuanya mengaku senang bisa mengikuti acara khitan masal ini. Menurutnya selain para petugas kesehatan yang baik, setelahnya ia juga mendapat hadiah. (UAH/RS)