Tumbuhkan Spirit Cinta Ramadhan Melalui Bahana Syiar
Pondok Pesantren UII menyelenggarakan diskusi ilmiah dalam tajuk Bahana Syiar Ramadhan (BASYIRO) di Gedung Kuliah Umum (GKU) Sardjito kampus terpadu UII pada Sabtu (02/06) pagi. Acara ini menghadirkan Ustadz Mohammad Ulin Nuha S,Pd.I., M.SI dengan tema “Menumbuhkan Spirit Ramadhan Untuk mencetak Generasi Ulil Albab”. Dalam kesempatan ini ia menjaelaskan bahwa generasi ulil albab merupakan generasi muslim yang menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya dan menjaga diri dari pengaruh buruk dari luar.
“Kadang globalisasi ini akan banyak memberikan dampak negatif pada akal kita dari yang ia dengar dan ia lihat. Kalau yang didengar dan yang dilihat itu sesuatu yang buruk akal itu jadi isinya yang buruk saja dan yang keluar menjadi perkataan buruk” ungkapnya.
Diskusi dilanjutkan dengan sharing session dengan peneliti muda Shofi Latifah Nuha Anfesi, mahasiswi Teknik Lingkungan FTSP 2017. Ia menceritakan tentang kesuksesannya menjadi seorang peneliti muda hingga akhirnya menghantarkan ia mengikuti kompetisi film penelitian di Amerika pada bulan Januari lalu.
BASYIRO sendiri merupakan acara tahunan setiap bulan Ramadhan di Pondok Pesantren UII. Pada Ramadhan kali ini acara Basyiro dimulai dari tanggal 19 Mei. Kemudian dimeriahkan oleh lomba antar tempat pengajian Al-Quran (TPA) anak dan SMA memperebutkan piala Gubernur DIY pada tanggal 26-27 Mei. Adapun cabang lomba yang diperlombakan antara lain pidato, kaligrafi, nasyid untuk tingkat SMA dan lomba mewarnai kaligrafi, hafalan, dan pildacil untuk tingkat TPA. Acara ini juga diisi dengan bakti sosial mengunjungi Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam dan memberikan santunan kepada tuna netra di yayasan tersebut.
Kemudian pada sore hari jam 15.30 WIB dilanjutkan dengan penutupan Basyiro. Turut hadir pengasuh pondok pesantren UII Ustadz Suyanto M.Si. M.Pd dan penyampaian tausiah sebelum berbuka puasa oleh Ustadz Abdirrohman L.C. M.P.I. Ustadz Suyanto dalam sambutannya mengungkapkan harapannya agar acara basyiro ini dapat menjadi penyemangat untuk lebih mendalami Islam dan menjadi pembelajaran dalam hidup.
“Bahwa kita oleh Allah diikrarkan sebagai umat terbaik sepanjang kita mau melaksanakan yaitu menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemunkaran, dan beriman kepada-Nya. Kita harus sadar pada posisi kita itu. Maka tugas kita adalah merawat takdir yang sudah Allah berikan kepada kita sebagai umat terbaik”, jelasnya.
Kemudian acara penutupan dilanjutkan dengan tausiyah menjelang berbuka puasa oleh Ustadz Abdirrohman L.C. M.P.I. yang mengajak kepada para hadirin untuk semangat beribadah di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. (AR/ESP)