Transformasi UII menjadi Kampus Lestari Melalui Angkringan Rumah Gagasan #5
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelr acara Angkringan Rumah Gagasan #5 : Kampus Lestari pada Kamis (12/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII. Angkringan Rumah Gagasan ini menawarkan kepada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk bisa memberikan perspektif masing-masing dalam menyikapi pandangan-pandangan dari pemateri.
Dalam kesempatannya Fathul Wahid sebagai Rektor UII mengatakan bahwa lestari atau kelestarian yang dalam bahasa inggrisnya adalah sustainability tidak hanya membahas terkait lingkungan hidup. Ia mengutip dari teori The Triple Bottom Line bahwa sustainability mencakup beberapa hal yang disebut dengan 3P yaitu Planet, People, dan Profit.
“Pertama ada planet, betul ini terkait lingkungan, bagaimana kita merawat planet tidak hanya untuk hari ini tapi juga untuk penerus kita yang seringkali menyempitkan. Meskipun kita tahu betul, itu saja kita belum sukses. Kedua yaitu people, maksudnya dalam konteksnya di kampus lestari itu bagaimana warga kampus merasa nyaman bekerja, berinteraksi dengan sehat. Selain itu juga bebas dari intimidasi, tekanan itu adalah bagian dari kampus lestari,” ungkap Fathul Wahid saat sambutan.
Ketiga adalah profit dalam konteks kampus bisa diartikan sebagai benefit atau manfaat. Manfaat dapat ditafsrikan sebagai setiap tindakan yang dilakukan itu berdampak, seperti contohnya sumber daya yang dialokasikan bermanfaat untuk digunakan bukan hanya sebagai sesuatu yang dimiliki saja.
“Kita bersyukur hari ini ada 3 narasumber yang berbicara dari beragam perspektif dan saya yakin nanti tambahan perspektif dari Ibu/Bapak yang hadir disini akan sangat berharga. Kita berharap akan muncul gagasan-gasan baru yang mudah-mudahan bisa kita ekskalasi, implementasi, secara lebih permanen di UII. Jika kita bicara UII, tidak hanya bicara tentang UII hari ini tapi UII masa depan, bisa jadi apa yang valid untuk masa lalu, itu tidak valid untuk hari ini dan yang valid hari ini belum tentu valid untuk masa depan,” harapnya.
Dimoderatori oleh Shubhi Mahmashony Harimurti, S.S., M.A, sebagai Kepala Bidang Akademik dan Organisiasi Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UII, materi pertama disampaikan oleh Ar. Agus Setiawan, S.T., M.Arch., IAI., GP terkait master plan fisik kampus terpadu UII 2024-2034 yang kedepan perlu dilakukan pembaruan kebutuhan-kebutuhan fasilitas kampus, ketersediaan lahan, dan peluang pengembangan fasilitas.
Dalam kesempatannya, Ia memperlihat peta pengembangan kampus terpadu UII yang memiliki luas 33 hektare yang akan berkembang hingga 38 hektare. Ia juga menjelaskan pengembangan-pengembangan fasilitas kampus di setiap sisinya.
“Sisi timur untuk pelayanan publik. Sisi utara akan dikembangkan zona-zona kemahasiswaan, kemarin juga sudah audiensi dengan mahasiswa terkait dengan pengembangan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa. Zona inti ditengah tentunya zona-zona akademik yang sekarang sudah terbentuk, kedepan akan dikembangkan zona infrastruktur kawasan yang rencana akan diplotingkan di sisi selatan. Kami juga sudah merancang gedung Recycling Center. Selain itu, master plan ini juga akan memperluas fasilitas parkir dan resapan air yang ada di UII,” jelas Dosen Profesi Arsitektur UII ini.
Dilanjutkan dengan pemateri kedua, Ir. Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D membahas tentang pusat unggulan manajemen limbah padat yang terintegrasi. Ia menjelaskan permulaan dibentuknya pusat unggulan ini karena permasalahan sampah yang tidak kunjung usai yang semakin hari semakin meningkat ditambah dengan masyarakat yang malas untuk memiliah sampah
“Pusat unggulan ini penting untuk UII karena manajemen pengelolaan limbah padat masih terbatas dan tradisional, paling tidak kita bisa mengelola sampah sendiri. Selain itu, kita juga menuju cita-cita bersama bahawa UII akan menjadi universitas riset yang harapanya pusat unggulan ini juga bisa menjadi pusat riset juga. Kemudian manfaat dari pusat unggulan ini juga menghadirkan pusat riset terintegrasi, kolaborasi riset yang multidisiplin, dan juga sebagai bentuk promosi,” ungkap Dosen Teknik Lingkungan ini.
Ia juga menambahkan pusat unggulan ini pada pengelolaannya akan mengubah sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang khususnya plastik menjadi berbagai macam produk. Pengelolaan pusat unggulan ini juga melibatkan berbagai disiplin yang ada di UII
“Desain mungkin bisa dibantu oleh Teknik Industri kemudian otomatisasi dari temen-temen Teknik Elektro dan Teknik Mesin, segi kesehatan berkolaborasi dengan Kedokteran, hingga circular economy juga temen-temen dari Ekonomi juga bisa masuk, terkait kajian keagamaan, temen-temen dari Ilmu Agama Islam bisa masuk. Harapannya pusat unggulan ini bisa multidisplin,” harap Eko Siswoyo yang juga sebagai Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII ini.
Pemateri terakhir Dr. Habibi Hidayat, S.Pd., M.Si memaparkan materinya terkait program hibah kampus lestari pengelolaan kebun atsiri menjadi halaman belakang UII yang multiguna yang diimplementasikan menjadi pusat studi bernama Central of Essential Oil Studies (CEOS). Dalam pemaparan materinya, ia bersama tim melihat banyak sawah yang belum terkondisikan dengan baik yang memunculkan ide untuk membuat kebun atsiri yang bermanfaat
Aktivitas CEOS sudah sangat masif yang terdiri dari kunjungan mahasiswa dan peneliti asing, pelatohan produk minyak atsiri UMKM dan Instansi, pelatihan wirausahan untuk mahasiswa dan siswa PKL, pendampingan praktikum mahasiswa, dan penyelenggaraan summer school essential oil, kerjasama dengan petani di Piyungan, host MBKM mahasiswa UNTAN Pontianak, workshop minyak atsiri siswa SMK, Pengabdian masyarakat di Gunung Kidul, partisipasi seminar internasional, belajar lahan marginal di Dlingo, dan merintis kebun atsiri CEOS.
“Alhamdulillah kami juga punya luaran penelitian yang diterbitkan dalam bentuk jurnal dan kita juga melakukan kolaborasi dengan beberapa universitas yang excited untuk riset dengan Atsiri. Alhamdulillah sampai saat ini Atsiri UII masih dipercaya oleh teman-teman diluar sana untuk belajar di kita, di CEOS ini,” ungkap Dosen Program Studi Kimia ini. (AHR/RS)