Transformasi Digital dan Resiliensi Siber
Transformasi digital yang dijalankan UII dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan pengalaman berharga dan kesadaran baru. Selain kami belajar banyak dari lapangan terkait dengan beragam strategi untuk menjamin transformasi digital dalam dijalankan dengan baik, kami juga semakin menyadari pentingnya untuk menaruh perhatian kepada resiliensi siber (cyber resilience).
Mengapa penting
Transformasi digital yang semakin masif telah menjadikan resiliensi siber semakin mendesak dan relevan. Ancaman siber yang terus berkembang secara konstan mengharuskan kita untuk memahami dan menghadapinya dengan kesiapan dan ketahanan yang tepat.
Secara umum, resiliensi siber adalah kemampuan suatu organisasi atau sistem untuk bertahan dari serangan siber, mengatasi dampaknya, dan pulih dengan cepat setelah terjadi insiden keamanan. Ini melibatkan serangkaian tindakan proaktif dan responsif yang melibatkan kebijakan, praktik, dan teknologi yang tepat untuk melindungi sistem, data, dan infrastruktur yang terkait.
Tak jarang kita membaca berita tentang serangan siber yang mengekspos celah dalam sistem keamanan, mencuri data pribadi, dan merusak reputasi organisasi. Serangan siber terhadap sebuah bank nasional beberapa waktu lalu, tampaknya masih segar dalam ingatan kita semua.
Dampak dari serangan siber, tidak hanya terkait dengan infrastruktur yang tidak berjalan seperti seharusnya, tetapi lebih jauh dibandingkan dengan itu. Reputasi organisasi dapat runtuh dalam waktu sekejap. Reputasi yang tercoreng berdampak kepada kepercayaan publik yang semakin turun. Memperbaiki kepercayaan publik bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
Tentu, semua sepakat bahwa hal ini merupakan kerugian yang sangat besar, meski tidak mudah dikuantifikasikan. Karenanya, dalam kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip resiliensi siber dengan serius.
Aspek resiliensi siber
Terdapat banyak aspek yang terkait dan penting untuk dikaji dan didiskusikan. Beberapa di antaranya terkait dengan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah serangan siber. Ini termasuk penerapan kebijakan keamanan yang kuat, pelatihan pegawai tentang praktik keamanan siber, dan pengujian kelemahan sistem. Selain itu, pemantauan keamanan secara proaktif dapat membantu mendeteksi ancaman sebelum terjadi.
Aspek lain adalah terkait dengan respons yang efektif dalam menghadapi serangan siber. Di sinilah diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Organisasi harus memiliki rencana respons insiden dan, jika dimungkinkan, mengadakan latihan simulasi secara berkala. Pemulihan yang cepat dan efisien setelah serangan adalah kunci untuk meminimalkan dampaknya. Sangat mudah dipahami, respons yang lambat dapat menyebabkan kerugian yang signifikan dan memperburuk reputasi organisasi.
Ragam serangan siber juga berkembang dari waktu ke waktu. Karenanya, organisasi juga harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan keamanan yang cepat. Organisasi harus awas dengan tren baru dalam serangan siber.
Penutup
Saya yakin seminar dan workshop ini akan menjadi forum yang berharga untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam resiliensi siber. Pertukaran gagasan yang terjadi, saya percaya, menjadikan diskusi semakin mendalam dan menarik.
Sebelum mengakhiri sambutan, izinkan saya sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan kegiatan ini: para mitra, pembicara, panitia, dan juga peserta.
Saya berharap kegiatan ini akan menjadi kesempatan yang bermanfaat bagi kita semua untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam transformasi digital, terutama terkait dengan resiliensi siber.
Sambutan pada Seminar dan Workshop “Yogyakarta Cyber Resilience 2023” yang diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia pada 19 Juni 2023