Tips Menyaring Informasi, Menghindari Hoaks Soal Covid-19
Jihan Irbah Salsabila, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) berhasil meraih Juara 2 Lomba Poster Mahasiswa yang diadakan oleh Universitas Medika Suherman. Lomba yang bertemakan “Sharing is Caring” menantang Jihan untuk membuat poster dalam rangka mengedukasi masyarakat terhadap isu hoaks Covid-19.
Saat diwawancarai pada Minggu (17/04) Jihan menjelaskan hoaks atau informasi palsu banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO) saat ini ada kurang lebih 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Penyebaran ini sangat cepat dan dapat menyebar dari berbagai media sosial. “Whatsapp grup keluarga adalah salah satunya,” katanya.
Lebih lanjut, Jihan menyampaikan informasi palsu apa saja yang banyak beredar selama pandemi Covid-19 ini. Mulai dari vaksin Covid-19 mengandung magnet/microchip, vaksin dapat mengubah DNA manusia, vaksin dapat merusak sel otak dan darah, hingga vaksin yang dapat menyebabkan kemandulan.
“Informasi palsu banyak disebarkan tanpa dasar ilmiah yang valid,” tambahnya.
Untuk itu, dalam posternya Jihan mencantumkan tips-tips agar masyarakat terhindar dari berita palsu. Pertama adalah dengan cermati judul, kebanyakan hoax menggunakan judul yang menggiring kepada hal negatif.
Kedua adalah dengan cermati sumber, artikel yang valid harusnya memiliki sumber yang valid pula. Bisa dari jurnal ilmiah dengan kredibilitas waktu kurang dari 10 tahun atau wawancara dengan narasumber yang memang pakar di bidangnya. “Terkait Covid-19, sumber yang bisa dipercayai adalah tenaga kesehatan,” jelasnya.
Dia menuturkan cukup miris dengan kondisi sosial media sekarang. Begitu mudahnya informasi didapatkan dan disebarkan seringkali tanpa ada pertanggungjawaban. Banyak orang memberikan informasi terkait Covid-19 seperti jamu, air kelapa, jeruk nipis, jahe, lada hitam, hingga garam yang konon katanya bisa menyembuhkan. Kebanyakan informasi tersebut disebarkan oleh orang awam yang biasanya penyebarnya pun tak memahami apa yang ia sebarkan.
“Mengedukasi masyarakat terkait kesehatan adalah salah satu tugas mulia bagi kami para mahasiswa kedokteran,” tambahnya.
Cara selanjutnya untuk terhindar dari berita palsu adalah dengan mencari fakta. Jangan mudah percaya terhadap informasi yang dibaca apalagi jika berasal dari website yang kurang kredibel. Untuk mengeceknya bisa dengan membandingkan beberapa artikel. Informasi palsu biasanya berisi hal-hal yang berbeda dengan informasi lainnya. Langkah lain bisa dengan bertanya langsung kepada petugas kesehatan atau mengecek di jurnal kesehatan yang valid seperti https://www.who.int/indonesia atau https://www.kemkes.go.id.
Jihan berharap poster yang ia buat bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Baginya prestasi adalah suatu sarana berdakwah dan menebar kebaikan serta manfaat. Pandemi Covid-19 sebentar lagi akan selesai dengan naiknya imunitas masyarakat Indonesia. Dia berharap masyarakat makin teredukasi terkait kesehatan dan bagaimana cara mendapatkan informasi yang valid. (UAH/ESP)