Tips Jitu Hadapi Wawancara Kerja
Wawancara menjadi sesi penting dalam proses melamar pekerjaan. Tak bisa dipungkiri, dalam menghadapi sesi wawancara kerja ini, tidak sedikit orang yang mengalami kegugupan dan rasa cemas menghadapi hal itu.
Merespon hal tersebut, Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni Universitas Islam Indonesia UII (DPKA UII) menggelar Career Talk “How To Attract Your Recruiter At The First Sight” pada Jum’at (18/3). Acara yang juga disiarkan secara langsung melalui platform Instagram @uiicareer ini menghadirkan Dosen Jurusan Psikologi UII, Fani Eka Nurtjahjo, S.Psi., M.Psi. sebagai pembicara.
Fani membagikan berbagai tips dan trik dalam melakukan wawancara kerja agar berjalan dengan baik dan lancar. Di awal acara, Fani menyampaikan bahwa dalam melakukan wawancara kerja perlu mempersiapkan segala hal. Apalagi jika dilakukan dengan online.
“Terkadang banyak diantara kita menganggap hal sepele jika dilakukan dengan cara online. Padahal kita juga perlu mempersiapkan perangkat-perangkat pendukung seperti sinyal internet yang bagus, dan tempat yang kondusif agar wawancara berlangsung dengan lancer,” ujarnya.
Fani menceritakan pengalamannya saat mewawancarai seseorang yang posisi nya sedang di sebuah kafe. Meskipun pada saat wawancara ia mengucapkan permohonan maaf karena posisi dia sedang di kafe, namun permohonan maaf tersebut sebenarnya tidak banyak berguna.
“Karena pada saat interview kondisi kafe tersebut berisik sekali, dan hal itu sangat mengganggu. Maka sebisa mungkin kita mencari suasana yang kondusif pada saat interview berlangsung,” ujar Fani.
Selain itu, menurut Fani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menjawab pertanyaan ketika wawancara. Seperti halnya, jika di beri pertanyaan terkait masalah apa yang pernah anda alami, maka jangan menjawab hal-hal yang tidak masuk akal. Seperti halnya menjawab ‘saya tak pernah mengalami masalah dalam kehidupan saya’.
“Jawaban itu hal yang mustahil, karena setiap manusia pasti punya masalah dalam hidupnya. Jadi, jika mendapatkan pertanyaan seperti ini, jawablah sejujurnya dengan disertai bagaimana cara kita menyelesaikan permasalahan tersebut” ucapnya.
Lebih lanjut diungkapkan Fani, bahwa ketika kita mendepatkan pertanyaan tentang studi kasus maka perlu mempersiapkan jawaban dengan baik. “Hal pertama yang perlu persiapkan dalam menjawab pertanyaan tentang studi kasus adalah menjelaskan tentang definisi dari pokok permasalahannya, kemudian kemukakan solusi-solusi dari argumen kita dan disertakan dengan data-data yang valid,” terangnya.
“Namun, jika terpaksa kita tidak bisa menjelaskan dengan data-data yang valid maka alternatif kedua adalah kita menggunakan pola sebab-akibat yang sifatnya majemuk. Sehingga pewawancara dapat menilai kita, bahwa disaat kita memecahkan suatu studi kasus, kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda, bukan hanya sekedar jawaban biasa saja,” imbuhnya.
Dalam kesempatannya Fani juga menyampaikan etika yang baik ketika mendapatkan kesempatan bertanya pada akhir sesi wawancara. Kesempatan bertanya ini bisa menjadi suatu jebakan bagi kita. Bertanyalah tentang perkembangan skill apa saja yang nantinya bisa di dapatkan dan hal-hal teknis lainnya terkait pekerjaan yang akan kamu lamar.
“Jangan sampai menyia-nyiakan kesepatan untuk bertanya ini, namun juga perlu menyiapkan pertanyaan yang baik dan hindari pertanyaan-pertanyaan yang menjatuhkan perusahaan tersebut,” pesanya.
Di akhir sesi, Fani menyampaikan, bahwa pada saat kita wawancara, kita bagaikan sedang menjadi seorang seles. Kita perlu melihatkan personal branding kita bahwa kita memiliki percaya diri dan mampu untuk dapat berkontribusi pada perusahaan yang kita lamar tersebut. Namun juga tak perlu berlebihan dalam menjelaskan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.
“Jadi, kita bisa menawarkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki terlebih dahulu, baru kemudian menjelaskan kekurangan yang kita miliki yang disertai dengan cara mengatasi kekurangan yang kita miliki tersebut,” tutupnya. (A/RS)