Tips Berpuasa Bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Ibadah puasa di bulan Ramadan menjadi kewajiban bagi segenap umat muslim di seluruh belahan dunia. Dalam menjalankannya, barang tentu membutuhkan kondisi tubuh yang bugar. Namun demikian, agama Islam memberikan keringanan bagi golongan tertentu untuk tidak melakukan puasa, seperti pada orang yang sakit dan ibu hamil.
Banyak penelitian kedokteran yang menunjukkan hasil tidak ada perbedaan pertumbuhan janin antara ibu hamil yang berpuasa dan tidak berpuasa. Data lain juga menunjukkan tidak ada perbedaan berat badan bayi saat lahir diantara keduanya. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah fakta bahwa puasa tidak mempengaruhi kualitas kognitif janin.
“Tapi, tidak disarankan berpuasa bagi ibu hamil trimester pertama,” kata dr. Nur Aini Djunet, M.Gizi dalam Webinar Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) pada Sabtu (9/4).
Menurut dr. Aini ibu hamil trimester pertama merupakan saat yang genting dimana pemenuhan gizi guna perkembangan janin. Meski penelitian menunjukkan hasil yang variatif, namun tidak menutup kemungkinan akan memunculkan penurunan kognitif pada janin.
Bunda tentu bertanya-tanya apakah berpuasa saat hamil akan berpengaruh pada kesehatan jangka panjang sang anak? Jawabannya adalah tidak. Namun, perlu dipahami ada beberapa data di lapangan yang menunjukkan hal sebaliknya. Mereka adalah bagi para ibu hamil yang usia saat hamil diatas 40 tahun. Usia tersebut merupakan usia berisiko tinggi untuk proses kehamilan secara umum.
Lebih lanjut, dr. Aini menjelaskan terkait komplikasi yang mungkin dialami ibu hamil yang berpuasa. Komplikasi yang mungkin dialami adalah mual, muntah, diare, nyeri kepala, tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, dan kadar gula rendah. “Komplikasi lebih sering pada trimester pertama,” katanya.
Hal yang lebih mengejutkan lagi menurut dr. Aini adalah bahwa ibu hamil yang berpuasa lebih banyak yang bisa melahirkan secara normal. Dia juga mengingatkan ada tanda gejala puasa harus dihentikan yaitu saat berat badan berkurang dan rekurensi gerakan bayi melemah.
Tanda gawat lainnya adalah merasa sangat haus, jarang buang air kecil, dan warna urin menjadi gelap. Tanda gejala tersebut merupakan dehidrasi dan bisa membuat ibu hamil mengalami infeksi saluran kemih. “Ibu hamil yang alami pusing, mual, dan muntah saat berpuasa segera batalkan,” jelas dr. Aini.
dr. Aini memberikan tips agar ibu hamil segera mengonsumsi minuman dengan kandungan gula atau garam. Selanjutnya adalah segera menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
Agama Islam sendiri memberikan keringanan bagi ibu yang menyusi untuk tidak berpuasa dan bisa mengganti puasanya di lain hari. Lalu, bagaimana hubungan antara berpuasa bagi ibu menyusui dengan kondisi kesehatan bayi?
dr. Aini memberikan fakta bahwa tidak ada beda pertumbuhan bayi baik dari segi berat badan, panjang badan, maupun lingkar kepala pada ibu menyusui berpuasa maupun tidak. Jadi, baik ibu hamil maupun menyusi tak usah takut untuk berpuasa.
Tak lupa, dr. Aini memberikan tips khusus bagi dua kondisi tersebut agar tetap mampu menjalankan ibadah puasa dengan baik dan tidak mengganggu kesehatan. Pertama adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi. Bagi ibu hamil rerata kebutuhannya adalah 2250 kkal ditambah 180 kkal pada trimester pertama menjadi 2430 kkal. Lebih banyak lagi pada trimester 2 dan 3 yaitu sebanyak 2550 kkal. Tidak berbeda jauh pada saat menyusui energi yang dibutuhkan sebesar 2600 kkal.
dr. Aini berpesan agar para ibu dapat mengenali cukup gizi pada ibu hamil diantaranya berat badan ibu bertambah secara normal, tekanan darah dan gula normal, tumbuh kembang janin optimal, rambut berkilau, kulit halus, dan nafsu makan baik. Sedangkan tanda anak cukup ASI meliputi dalam satu bulan berat badan anak naik 400gr-1000gr, bayi BAB minimal 1x sehari berwarna kuning cerah, payudara terasa kosong dan kempes setelah menyusui, dan bayi buang air kecil minimal 6x sehari. (UAH/RS)