,

The Conversation Indonesia Ajak Dosen UII Rajin Menulis Opini Populer

Guna mendukung penulisan artikel ilmiah populer bagi para dosen, Bidang Humas Universitas Islam Indonesia (UII) melaksanakan Workshop Menulis Artikel Ilmiah Populer Islam, Sains, Teknologi, dan Perubahan Sosial bagi para dosen. Acara ini merupakan salah satu implementasi kerja sama dengan The Conversation Indonesia (TCID). Pemateri acara, yakni Ika Krismantari dan Nurul Fitri Ramadhani merupakan tim editor TCID, platform yang menyajikan berita dan analisis independen dari akademisi dan komunitas peneliti. Bertempat di Ruang Audiovisual, Lantai 2 Perpustakaan Gedung Mohammad Hatta pada Selasa (21/3), ke-25 peserta mengikuti acara dari pagi hingga sore hari.

Adapun workshop dibagi menjadi tiga sesi, yakni sesi pertama membahas tentang tips dan trik untuk menulis artikel ilmiah di the Conversation, sesi kedua menganalisis bagaimana menentukan ide utama untuk artikel ilmiah populer.

Dalam sambutannya, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan berharap bahwa adanya workshop penulisan artikel ilmiah populer dapat mendorong publikasi artikel ilmiah populer dan menambah kebermanfaatan sebagai rujukan dan sumber perluasan wawasan untuk masyarakat.

“Tantangan yang kita hadapi dalam menulis artikel ilmiah populer, yakni bagaimana mempublikasikan karya ilmiah kepada masyarakat dengan bahasa umum yang dipahami. Sehingga acara ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas artikel ilmiah bagi para dosen di lingkungan UII, tentunya ini merupakan bentuk dukungan UII dalam peningkatan reputasi para dosen dan publikasi ilmiah guna pengembangan ilmu pengetahuan masyarakat,” tuturnya.

Dalam pemaparan pemateri pertama, Ika Krismantari menegaskan pentingnya tata bahasa dalam membuat tulisan artikel ilmiah  populer karena menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya dan mudah dipahami banyak orang. 

“Sebaiknya judul dalam menulis artikel ilmiah populer lebih fleksibel dan kreatif, banyak ruang bermain dengan kata-kata karena ditujukan pada khalayak umum, sehingga pembaca mudah menggambarkan apa yang ingin pada artikel ilmiah tersebut. Meskipun menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari, pembahasannya harus tetap sesuai dengan kaidah ilmiah,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Ika Krismantari mengatakan penting bagi peneliti untuk memperhatikan tiga aspek, yakni  ide utama, kerangka, dan kalimat efektif sederhana. Sehingga artikel ilmiah yang dihasilkan dapat memberikan dampak dan menambah minat bagi para pembacanya.

“Perlu diingat, ketika menentukan ide utama memperhatikan apa inti riset dan yang akan kita tulis pada artikel fokus pada bagaimana menentukan ide utama?, temuan baru?, atau penjelasan fenomena?,” paparnya.

Sedangkan Nurul Fitri Ramadhani dalam pemaparan pemateri kedua menjelaskan mengenai head and lead dalam artikel. Menurutnya, menulis headline menggunakan bahasa ringkas yang menarik minat target pembaca untuk membaca isi artikel dan menggambarkan inti tulisan. 

“Headline merupakan kunci utama keberhasilan suatu artikel, sehingga usahakan memuat subjek atau objek yang sedang hangat dibahas oleh masyarakat. Untuk isu agama, masukkan detail isunya dan identitas agama atau kelompok yang dibahas,” jelasnya.

Selanjutnya, ia menegaskan pentingnya lead sebagai tulisan pembuka artikel guna menentukan pembaca akan lanjut membaca atau melewatkannya. Dalam hal ini sebaiknya lead memuat unsur 5W+1H dan berada di awal paragraf sebagai pembukaan sebagai penjelasan fenomena yang melatarbelakangi artikel, kemudian dilanjutkan dengan thesis statement.

Terakhir, ia juga membagikan tips dan trik kepada para peserta agar artikel ilmiah diminati dan dipublikasikan, yakni banyak baca berita, melakukan riset, bertindak cepat dan mengetahui penjelasan ide dengan bahasa yang sederhana. “Ingat, editor bukanlah profesor anda,” tutupnya. (PN/ESP)