Teliti Fenomena Kecanduan Smartphone, Mahasiswa UII Raih Excellent Paper Award
Banyaknya orang dewasa maupun anak-anak yang tidak bisa lepas dari gawai rupanya dapat menjurus menjadi satu bentuk gangguan psikologis. Nomophobia, begitulah bahasa ilmiah yang dipakai untuk menyebut gangguan tersebut. Fenomena ini menarik perhatian dua orang mahasiswa Psikologi UII yang mengembangkannya menjadi penelitian. Tak disangka penelitian Ulfa F. Octaviani dan Chemara Zethy berhasil tersebut memperoleh penghargaan Excellent Paper Award pada ajang 52nd International Conference on Social Science and Humanities 2017 (ICSSH). Konferensi internasional ini diadakan di Singapura pada tanggal 25-26 Maret 2017.
Konferensi yang diadakan oleh the International Academic Association of Research and Humanities, IT, Engineering & Sciences (IAARHIES) tersebut merupakan yang ke-52 kali diadakan oleh organisasi tersebut. Sebelumnya, IAARHIES telah menyelenggarakan konferensi serupa di beberapa kota dunia seperti London, St. Petersburg, Sydney, Kuala Lumpur, dan kota besar lainnya.
Pada konferensi ini, kedua mahasiswa UII ini membawakan paper berjudul “NOMOPHOBIA AROUND US!”. Menurut Ulfa F. Octaviani, penulisan paper tersebut dilatarbelakangi fenomena ketergantungan masyarakat terhadap perangkat telepon pintar. Penggunaan telepon pintar yang sangat tinggi baik untuk urusan pekerjaan atau sekedar berkomunikasi telah mendorong orang sulit terlepas dari perangkat canggih tersebut.
“Nomophobia adalah keadaan ketika seseorang merasa takut atau risau jika berada jauh dari handphone-nya”, jelas mahasiswi yang akrab disapa Fhavia itu kepada Humas UII belum lama ini. Menurutnya, tulisan mereka berdua berusaha menjelaskan secara ilmiah fenomena sosial di mana kebanyakan orang merasa tidak nyaman kalau berada jauh dari handphone mereka.
Ia menambahkan, beberapa peserta konferensi juga mengatakan bahwa topik tersebut sangat menarik karena faktanya sangat sering mereka jumpai khususnya pada kota-kota metropolitan dunia.
Fhavia yang kini duduk di semester VII itu menuturkan, tema penelitian tersebut sekaligus merupakan salah satu variabel skripsi yang tengah diangkatnya. Dihubungi melalui sambungan telepon, mahasiswi tersebut menjelaskan bahwa awalnya ia mendapat masukan dari dosen pembimbing skripsi untuk membawa tulisannya ke ajang konferensi internasional. Tak disangka, tulisan mereka justru mendapat penghargaan Excellent Paper Award dari para reviewer konferensi IAARHIES.
Sempat Kesulitan Mengumpulkan Paper
Kendati demikian, prestasi yang mereka raih bukan tanpa perjuangan. Rekan setim Fhavia, Chemara Zethy menjelaskan, awalnya mereka bermaksud mendaftarkan paper mereka ke konferensi internasional di Busan, Korea Selatan. “Seminggu sebelum hari-H acaranya dibatalkan pihak penyelenggara karena pesertanya kurang. Padahal kami sudah bayar tiket pesawat sama hotel”, keluhnya.
Namun hal itu tidak membuat keduanya patah arang. Mereka pun berusaha mencari alternatif lain. Setelah berkonsultasi dengan beberapa dosen dan bagian kemahasiswaan UII, mereka memutuskan mendaftar konferensi di Singapura. Tak sampai disitu, Chemara Zethy menambahkan mereka juga mengalami kendala ketika akan mengumpulkan papernya. ”Ada kesulitan lain karena sudah sangat mepet dengan deadline pengumpulan paper.
Alhamdulillah karena menurut pihak penyelenggara topik yang kami angkat unik, sehingga diterima untuk ikut konferensi“, ungkap dara kelahiran Aceh itu. Ia mengaku sempat terharu dan tidak percaya ketika mendapat penghargaan Excellent Paper. Terlebih target awal mereka sebenarnya hanya ingin tampil maksimal dan mencari pengalaman berharga melalui konferensi. (MHH/ESP)