Teknik Lingkungan UII Adakan Kuliah Umum Bertema Pemulihan Lingkungan

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam hal ilmu remediasi lingkungan, Prodi Teknik Lingkungan UII kembali menghadirkan pembicara dari Jepang dalam kuliah umum yang dilaksanakan pada Jumat (21/9) di Auditorium M. Natsir FTSP UII. Topik yang dijadikan pembahasan adalah Environmental Remediation yang dibawakan oleh Prof. Shunitz Tanaka (Hokkaido University).

Melalui kegiatan kuliah umum ini pengetahuan mahasiswa teknik lingkungan semakin bertambah tentang remediasi lingkungan. Dalam penyampaian materi terdapat banyak contoh yang diberikan untuk bisa memulihkan kembali lingkungan. Prof. Shunitz Tanaka menerangkan berbagai media yang dapat dijadikan sebagai adsorben untuk menghilangkan logam-logam berat.

Ia mengungkapkan bahwa kombinasi pada permukaan magnetit (Fe3O4) dengan Pb (timbal) menjadi Pb-mag (Pb- Fe3O4) akan dapat mempermudah penyerapan muatan Cs+ (cesium) secara selektif. Selain itu Pb-mag (Pb-Fe3O4) juga dapat dimodifikasi dengan Balloon Shirasu. Balon shirasu adalah material silika berongga yang dihasilkan oleh pemanasan deposit vulkanik.

Kombinasi balon shirasu dengan Pb-mag dapat mengabsorbsi muatan Cs+ hingga rentang 3-3,5 mg/g Cs+ pada pH 10. Di samping menerangkan tentang pengabsorbsian Cs+, ia juga menjelaskan unsur Cr (IV) dapat diabsorbsi dengan magnetic chitosan.

“Adsorben tidak harus membutuhkan biaya yang besar. Beberapa adsorben dapat diperoleh dari limbah, seperti karbon yang dapat diperoleh dari perapian pembangkit listrik yang menggunakan kayu. Bahkan alumunium (Al) yang berasal dari lumpur hasil pengolahan air minum juga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben”, ujarnya.

Alam juga telah mempersiapkan material yang dapat digunakan sebagai adsorben. Sesuai dengan kajian yang telah dilakukan oleh dosen sekaligus peneliti UII, Eko Siswoyo, ST., M.Sc.ES., Ph.D, daun platinus dapat dimanfaatkan sebagai adsorben.

Shunitz Tanaka menyayangkan tidak dapat diketahuinya waktu, tempat dan bagaimana polusi dapat terjadi secara kebetulan. Menurutnya permasalahan polusi akan berbeda-beda pada tiap kasusnya. Ia menambahkan adanya keharusan untuk menyiapkan berbagai metode remediasi sehingga di antara metode tersebut dapat dipilih yang disesuaikan dengan situasi pencemaran. (NR/ESP)