TBMM HUMERUS Tanam 1000 Bibit Mangrove
Tim Bantuan Medis Mahasiswa (TBMM) Humerus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) menanam 1000 bibit mangrove dalam upaya menjaga keseimbangan alam di Pantai Samas, Bantul pada Minggu (16/1). Bekerjasama dengan komunitas Reispirasi yang berfokus pada konservasi pantai TBMM juga melakukan bersih-bersih pantai.
Tania Wirdati Putri Faizal, ketua penyelenggara acara mengatakan jika acara ini merupakan kali pertama mereka adakan. Namun, di luar ekspektasi justru menjadi momen yang sangat menginspirasi. “Selain menanam bakau dan bersih pantai, kami awalnya juga ingin melepaskan penyu disini. Namun, ternyata musimnya sedang tidak tepat,” jelasnya.
Ia menjelaskan pentingnya konservasi pantai yang berhubungan dengan kelestarian penyu yang kini jumlahnya kian sedikit. Penyu merupakan salah satu makhluk hidup purba yang hampir punah. Salah satu faktornya adalah penyu akan mulai berkembang biak pada usia 30-50 tahun dengan jarak 2-8 tahun.
“Pentingnya menanam mangrove disini adalah sebagai pembimbing penyu untuk menemukan daratan saat akan bertelur,” jelasnya.
Ia menambahkan jika kini dengan bertambahnya jumlah pemukiman warga di pesisir pantai membuat penyu bingung untuk menemukan tempat dia menetaskan telur-telurnya. Penyu hanya akan menetas di tempatnya dulu menetas. Manfaat bakau disini adalah agar dapat merefleksikan cahaya bulan sehingga memudahkan navigasi penyu.
Melihat keadaan lingkungan Pantai Samas, Tania menuturkan jika konservasi pantai disana sangat butuh pendampingan dari berbagai pihak terkait. Apalagi melihat komunitas Reispirasi yang terus melakukan upaya menjaga kelestarian pantai. Dia berharap dari acara ini teman-teman Humerus dapat memiliki kecintaan alam yang lebih dan juga kesadaran untuk menjaganya.
“Kita hidup berdampingan dengan alam, sudah menjadi kewajiban untuk terus melestarikannya,” pesan Tania.
Hal senada disampaikan oleh ketua komunitas Reispirasi, Deni Widiyanto. Ia menceritakan perjuangan komunitasnya sejak tahun 2010 yang berawal dari sering berkunjung ke pantai dan tertarik dengan penyu. Namun, saat dia berusaha mencari informasi terkait penyu literasi yang ada masih sangat terbatas.
“Kami bertemu dengan Pak Rujito yang lebih awal lagi peduli dengan konservasi pantai sejak tahun 1998 sekaligus penerima Kalpataru,” tuturnya.
Deni mengatakan jika semangat Pak Rujito lah yang membuat komunitasnya tak pernah menyerah untuk terus berdaya pada alam. Fokus kegiatan mereka adalah untuk menjaga kelestarian penyu dengan menanam mangrove di tepi pantai.
“Menanam mangrove tekniknya berbeda tiap pandai. Untuk tahu tepatnya kita bisa bertanya langsung kepada penduduk sekitar,” jelasnya.
Saat menemani peserta TBMM Humerus, komunitas Reispirasi mengarahkan agar mereka menggali pasir menggunakan cangkul dengan kedalaman sekitar 20 cm lalu memasukkan dua bibit mangrove dan satu buah bambu atau kayu kecil yang diikat bersamaan bibit. Fungsi bambu itu sendiri adalah sebagai penopang misal saat pasang pantai.
“Pantai Selatan terkenal dengan ombak yang besar, jika menanam mangrove di daerah Semarang satu bibit tiap lubang biasanya sudah tumbuh dengan baik,” jelasnya.
Komunitasnya sangat antusias saat diajak kerjasama oleh TBMM Humerus dan selalu membuka tangan jika organisasi atau perkumpulan lain juga ingin ikut bekerjasama. “Selamanya kita butuh alam dan selama kesadaran itu masih ada maka teruslah merawat,” pesan Deni. (UAH/RS)