,

Tantangan Pendidikan di Palestina, Perspektif dari An-Najah National University

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kuliah tamu yang menghadirkan dua dosen dari An-Najah National University Palestina, yakni Prof. Dr. Allam S.A. Mousa dan Dr. Waleed M.O. Sweileh. Acara ini turut didampingi oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia, H.E. Dr. Zuhair S.M. AlShun yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII.

Bertempat di Ruang Teatrikal lantai 1 Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Rektor UII, Fathul Wahid dalam sambutannya menyampaikan sekilas sejarah berdirinya universitas tertua di Indonesia ini, termasuk pencapaiannya sebagai institusi pendidikan yang konsisten menjunjung nilai-nilai Islam.

Duta Besar Palestina, H.E. Dr. Zuhair S.M. AlShun, menyampaikan pidato yang menggugah hati. Beliau menjelaskan kondisi terkini Palestina, khususnya situasi di Gaza, yang masih menghadapi tantangan besar. Menurutnya, pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam membangun masa depan Palestina yang lebih baik.

Acara inti dimulai dengan materi dari Prof. Dr. Allam S.A. Mousa, Former Minister and Director of the Innovation Part at An-Najah National University. Prof. Mousa membahas kondisi pendidikan tinggi di Palestina. Dengan 250.000 mahasiswa di seluruh Palestina, 55% di antaranya adalah perempuan. Prof. Mousa juga menyoroti prestasi An-Najah National University sebagai salah satu universitas terbesar di Palestina, termasuk keterlibatan mahasiswa dan stafnya dalam program internasional serta kontribusi penelitian.

Dr. Waleed M.O. Sweileh Former Head of the Accreditation Commission and Dean of Scientific Research at An-Najah National University, melanjutkan sesi dengan fokus pada pentingnya penelitian. Dalam paparannya, ia menjelaskan sulitnya melakukan riset di Palestina karena terbatasnya akses terhadap alat-alat laboratorium.

“Bagaimana kita bisa melakukan penelitian jika instrumen penelitiannya tidak disediakan oleh laboratorium? laboratorium tidak bisa mendapatkan instrumen tersebut karena Israel,” tegasnya, menyiratkan betapa besar dampak blokade terhadap pendidikan tinggi di Palestina.

Dr. Waleed juga memberikan apresiasi kepada mahasiswa internasional Arab UII yang memiliki akses fasilitas lengkap dan dosen yang penuh dedikasi.

“Kalian sangat beruntung karena profesor kalian sangat berkomitmen. Saya dulu berada di Amerika; tidak ada yang peduli dengan saya sebagai orang Arab, Palestina, atau Muslim. Dan di sini Anda mendapat rasa hormat,” jelasnya.

Acara ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya pendidikan dalam membangun perdamaian yang selanjutnya dilakukan penandatangan nota kesepahaman antara UII dengan An-Najah National University in Palestina oleh Rektor UII, Fathul Wahid dan Duta Besar Palestina, H.E. Dr. Zuhair Alshun.

Dalam nota kesepahaman ini, UII dan An-Najah National University in Palestina sepakat untuk mendukung pertukaran informasi dan teknologi, program pertukaran mahasiswa dan dosen, kesempatan mendapatkan beasiswa untuk mahasiswa dan tenaga kependidikan berprestasi, program twin university atau biasa dikenal dengan double degree. Kemudian, program penelitian bersama untuk meningkatkan kolaborasi dan inovasi akademik serta pembentukan pusat pengembangan penelitian dan pengetahuan dalam rangka memajukan penelitian ilmiah dan keunggulan akademik. (MFPS/AHR/RS)