Strategi Wujudkan Kampus Bersemangat Kewirausahaan

Universitas yang ingin membangun semangat wirausaha tidak hanya mengandalkan mahasiswanya saja melainkan juga seluruh civitas akademika. Terdapat strategi pendekatan triangular yang diimplementasikan di Universitas Islam Indonesia untuk menciptakan lingkungan kewirausahan dalam lingkungan universitas. Pendekatan tersebut meliputi graduate entrepreneurship, entrepreneur creation, dan business university collaboration.

Demikian disampaikan Ir. Wiryono Rahardjo, M.Arch., Ph.D, Wakil Rektor UII Bidang Networking dan Kewirausahaan dalam acara Webinar IBISMA Growth Fest yang diselenggarakan belum lama ini di UII. Webinar ini juga menghadirkan narasumber Dr. Ing. Ilham Akbar, Dipl.Ing., M.B.A. yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina The Habibie Center. Hilirisasi hasil inovasi bisnis serta kolaborasi antara pebisnis dan masyarakat juga menjadi tema penting dalam acara ini.

Ditambahkan Wiryono, universitas perlu menambahkan mata kuliah yang berkaitan dengan kewirausahaan yang dapat diimplementasikan di semua bidang. Salah satu mata kuliah yang perlu diberikan kepada mahasiswa maupun dosen dan tenaga pendidik juga adalah literasi mengenai finansial dan ekonomi.

“Kadang-kadang kita melihat potensi besar namun diabaikan padahal dapat bersinergi di dalamnya. Untuk menguatkannya harus cermat dan teliti dalam menghadapi keadaan dan melihat potensi yang ada” ungkap Wiryono.

Sementara itu, Ilham Habibie menekankan pentingnya kemampuan berinovasi. Inovasi bukan hanya bisa menang di satu kompetisi dengan daya saing lebih kuat. Lebih dari itu, inovasi didorong oleh satu hal yang tidak cocok dan diperlukan pergantian akan banyak hal. Apapun inovasi yang dilakukan pasti membutuhkan tantangan di dalamnya dan banyak dibantu dengan adanya teknologi.

Untuk mencari inovasi yang cocok di masa depan harus memperhatikan hal yang fundamental. Misalnya saat ini banyak sekali ketidakseimbangan dan dampak kepada iklim maupun lingkungan. Ibaratnya apabila ada yang maju pasti ada yang mundur. Kemunduran inilah yang harus diatasi dan diminimalkan.

Hal fundamental tersebut harus diperhatikan terlebih dahulu untuk menciptakan suatu inovasi yang berkelanjutan. Saat pandemi seperti sekarang, perlu dilakukan secara selektif apa yang perlu kita lakukan sekarang dan apa yang dapat ditunggu untuk dieksekusi.

“Sistem ekonomi kapitalisme dapat dijadikan sistem untuk memperbaiki ekosistem masyarakat. Kapitalisme yang diharapkan bukanlah kapitalisme yang hanya menguntungkan pemilik kepentingan saja melainkan kapitalisme yang juga memperhatikan pertumbuhan manusia, sosial, dan lingkungan. Kapitalisme yang baik tidak hanya berkepentingan mengenai uang melainkan juga human capital, social capital untuk hilirisasi terhadap inovasi”, tegas Ilham.

Dengan memperhatikan kaidah tersebut, akan ada eksistensi berkesinambungan pada beberapa puluh tahun kedepan.  Tidak kalah penting adalah kecepatan. Kecepatan dan ketepatan untuk berinovasi sangat menentukan keberhasilan dari inovasi tersebut. Misal saat ini sudah ditemukan tiga vaksin uji coba covid-19, diperlukan prioritas mana dulu yang akan didistribusikan dan dapat menjadi vaksin yang paling ampuh untuk digunakan oleh masyarakat. (HN/ESP)