Strategi Pemasaran Saat Wabah Covid-19
Situasi pandemi seperti sekarang ini mengharuskan setiap orang merubah pola rutinitasnya. Aktivitas pekerjaan, belajar, belanja, bahkan berjualan pun sebisa mungkin dilakukan di rumah. Perkembangan dunia Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) memberikan manfaat yang besar di masa wabah ini. Untuk itu, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) terpantik menggelar webinar dengan topik strategi pemasaran digital di masa pandemi.
Deasy Diansari, Marketing Communication Manager KG Media, mengatakan bahwa masa sekarang menjadi masa yang tidak ada kepastian dan media harus siap dalam segala hal. Ia berbagi pengalaman, bahwa media yang dipimpinnya selama wabah ini melakukan tiga strategi komunikasi. Yang pertama, media sebagai pembawa pesan yang baik dengan menyebarkan informasi yang kredibel dan kontekstual. Kedua, menjadi penghibur yang baik dengan menyediakan program hiburan dan pendidikan. Dan terakhir, sebagai pemicu sosial yang mendorong setiap orang untuk membantu orang lain.
Media sebagai pembawa pesan menurut catatan Deasy Diansari harus memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, mengetahui perannya. Media dapat memainkan peran secara umum, tetapi tidak semua komunikasi harus terkait dengan wabah virus corona dan bangun kampanye untuk membantu orang mengatasi situasi. Dua, konteks yang lebih praktis. Buat konten untuk membantu orang mengatasi kebutuhan mereka. Tunjukkan nilai merk sebagai media yang memahami publik. Ketiga, berita positif. Sorot berita positif sebagai bagian dari kampanye media. “Komunikasikan kepada audiens bahwa kita di sini sebagai teman untuk menjaga dan mendukung mereka. Hubungkan setiap orang hanya lewat rumah,” jelasnya.
Media sebagai penghibur dapat melakukan dua strategi komunikasi. Pertama, temukan titik sakitnya. Kehidupan rumah akan menjadi menyakitkan, membosankan, kesepian, tidak produktif, tanpa olahraga, dan sebagainya. Maka, media dapat membuat aktivitas kampanye yang menjadi pelipur lara para audient tadi. Kedua, menciptakan kebiasaan baru. Selama isolasi diri, maka kemungkinan banyak audiens akan menghabiskan waktu di depan telepon pintarnya. Untuk itu, penting bagi media untuk membuat outlet positif berupa hiburan, pendidikan, atau hal lain yang mendorong para penontonnya untuk terus terkoneksi dengannya, dan berkat menonton konten tersebut dapat mendorong menjadi produktif. Contohnya seperti bagaimana cara bersilaturahmi bagi anak kos dan bagaimana olahraga yang bisa dilakukan selama di rumah saja.
Media sebagai pemicu sosial, Deasy Diansati menambahkan bahwa penting bagi media untuk memeriksa merknya apakah selama ini telah berperan dalam masyarakat. Untuk mengetahuinya, dapat melalui kampanye sosial yang dapat menjadi tolok ukur untuk memeriksa pengaruh media tersebut. Ia menegaskan bahwa memperlihatkan nilai media bukan hanya kepasa masyarakat, namun juga kepada rekan kerja dan klien media lain. Lalu, strategi lain dalam pemicu sosial dapat dilakukan dengan mengubah program hiburan menjadi program sosial yang masif ehingga dapat memicu orang untuk membantu orang lain. “Kami bersama Anda, kami mengubah diri kami sehingga kami dapat saling melengkapi. Untuk mengubah gangguan menjadi peluang,” tutupnya.
Di lain sisi, Irfan Prabowo, Senior Marketing Manager Lemonilo, memberikan tipsnya mengenai pemasaran digital selama wabah. Ia mengatakan bahwa, survei terhadap 400 pembeli dan merek media, 74% akan lebih buruk untuk iklan daripada krisis keuangan 2008. Seperempat dari mereka telah menghentikan semua iklan untuk kuartal pertama dan kedua, sementara 46% lainnya telah menyesuaikan pengeluaran selama tahun ini. Menurutnya, sangat bahaya jika suatu brand lalu memutus komunikasinya dari pelanggan. Hal ini dapat membuat lupanya value perusahaan di mata mereka. “Sekarang saatnya untuk start game, karena tidak banyak orang yang bisa buat konten di luar, maka manfaatkan untuk ningkatin skill dengan keterbatasan ini,” jelasnya.
Sebagai seorang marketing suatu brand, dapat dilakukan tiga strategi managemen di masa sekarang. Pertama, bantuan – berada untuk pelanggan. Jadikan ini sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan pelanggan. Komunikasikan bahwa masa sekarang pengiriman barang hanya dapat dilakukan dua hari sekali misalnya, jadi tidak bisa setiap hari mengirim barang seperti pasa normal sebelum pandemi. Buat kehangatan dengan para pembeli, misal di saat sekarang orang lebih nyaman berkomunikasi lewat whatsApp darimana e-mail karena dirasa lebih santai. Kita juga dapat lakukan solusi lain agar tetap dikenal audiens dengan cara pemberian bebas ongkir.
Kedua, jaminan, dapatkah Anda memainkan peran Anda? Bagaimana bisnis Anda melangkah untuk mengambil tindakan pencegahan? Perkuat dalam pesan untuk menghilangkan keraguan atau ketakutan. Menurut Irfan Prabowo, orang sekarang lebih ensecure karena virus corona. Maka kita dapat membuat konten dengan melihatkan bagaimana prosedur kita dalam membungkus atau mengirim barang pesanan sesuai dengan protokol dan aturan pemerintah. Himbauan ini dapat dipublish seperti memakai masker, menyemprotnya dengan disinfektan, memakai hand sanitizer, dan sebagainya.
Ketiga, aksi-bawa pengalaman ke platform kami. Termasuk strategi pre-order atau pengiriman gratis. Buat strategi komunikasi yang menarik audiens. Karena jangan sampai konsumen hanya memikirkan pembeliannya saja tanpa menerima value dari brand. Agar tidak terlupakan oleh pelanggan, sebagai contoh perusahaan hotel dan pariwisata lainnya. Dapat membuat startegi marketing dengan menjelajah mimpi-mimpi setiap orang untuk berkunjung ke berbagai tempat yang menarik setelah selesainya pandemi ini. Tawarkan hal-hal yang unik, seperti diskon beberapa persen jika memesannya sekarang. Pertimbangkan cara-cara merk Anda dapat membantu. “Tujuan marketing itu ada dua, pertama mempresuasi orang agar tertarik dan beli produk. Kedua, menjaga brand value. Bagaimana kita mengkomuniksikan misi-misi kepada orang agar ngerti value kita,” tambahnya.
Selain strategi di atas. Irfan Prabowo juga menambahkan lima prinsip untuk bertindak di media sosial selama Covid-19, yakni: (1) Dengarkan dulu. Dengarkan apa yang dikatakan konsumen, lalu tanggapi. (2) Jadilah sensitif. Evaluasi kembali konten untuk nada dan pesan. (3) Bersikap transparan. Berkomunikasi secara terbuka dan menerima umpan balik. (4) Adaptasikan strategi Anda. Adaptasikan strategi Anda berdasarkan perilaku baru. (5) Bangkitlah untuk kesempatan ini. (SF/RS)