Startup Sebagai Solusi Pengembangan Bakat Diri
Tidak ada habisnya apabila kita memperbincangkan soal startup. Perkembangannya yang pesat dan ‘menjamur’ di berbagai sektor menjadikan startup mulai akrab di telinga masyarakat. Tidak sedikit orang yang mulai meliriknya, baik sebagai pelaku bisnis startup ataupun pengguna. Sektor talent solution, atau simpelnya adalah pengembangan bakat diri tak absen dari kehadiran startup.
Kehadiran beberapa startup talent solution bermula dari permasalahan banyaknya orang, karena beragam sebab, tidak mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dalam berkarier dan berkarya. Sehingga dapat dilihat, tak sedikit lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang semestinya bisa siap kerja, atau bahkan sarjana yang memiliki pemahaman teori dan praktik di bidang studi yang dipelajari, malah tak sesuai dengan harapan. Tidak siap di dunia kerja menjadi wujud nyatanya.
Seperti Bayuarga Damar dengan startup-nya, Pijar Career, yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi lulusan SMK, almamaternya dulu. Di tahun 2017 lalu, ia menemukan fakta tingginya angka pengangguran lulusan SMK. Serupa, Dhimas Bayu A.P. melihat pula permasalahan ini pada mereka, para sarjana, yang tidak mampu terserap penuh di dunia kerja. Oleh karena itu, ia menjadi bagian dari pendiri Waktukita.com, platform edutech dan pengembangan karir. Baik Pijar Career maupun Waktukita.com, keduanya pernah menjadi tenant di Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) pada 2019 lalu.
Kedua sosok di balik startup talent solution ini menjadi tamu dalam bincang-bincang bertajuk Kopi Chat x NgoBraS (Ngobrol Bareng Startup) pada Jumat sore (19/6). Acara ini merupakan kolaborasi antara IBISMA UII dengan Block71 Yogyakarta, sebuah konektor global dan ekosistem yang mewadahi startup, diprakarsai divisi kewirausahaan National University of Singapore (NUS). ‘Talent Solution for Startup’ menjadi tema yang diangkat pada bincang-bincang kali ini.
Latar belakang berdirinya kedua startup membuka perbincangan di sore hari tersebut. Pijar Career yang telah bekerjasama dengan 15 SMK besar di Indonesia berusaha menjadi jembatan antara perusahaan dengan lulusan SMK. Fokus mereka yakni mengembangkan karier siswa SMK nantinya, mulai dari menemukan bakat hingga menjadi ahli di bidangnya. Bayuarga menyinggung tingginya angka pengangguran dari lulusan SMK.
“Kayaknya ini (pengangguran lulusan SMK) menjadi masalah serius nih, karena kan aku juga mengalami, aku anak SMK. Lalu kita tanya-tanya sama guru-gurunya, perusahaannya, sebenarnya ada gap apa sih antara SMK dengan dunia industri, sehingga kok bisa sampe angka (pengangguran) yang paling tinggi itu lulusan SMK,” paparnya.
Sedikit berbeda dilalui Dhimas, sapaan Dhimas Bayu A.P. Awalnya, startup Waktukita.com merupakan wadah bagi para pencari kerja, bukan pengembangan diri. “Kenapa sih kita ngga selesaikan dulu masalah talent-nya, daripada kita cuma menyediakan pekerjaannya. Sebenarnya banyak pekerjaan dan talent di Indonesia, tapi yang membuat talent-talent ini menjadi pengangguran adalah mereka tidak cocok dengan industri saat ini,” jelas Dhimas.
“Dengan Waktukita.com, kita ingin membantu generasi muda untuk bisa ngembangin kemampuan mereka. Kita bantu mereka siapin apa aja yang mereka butuhkan untuk masuk ke industri saat ini,” sebutnya.
Masalah ketidaksesuaian kebutuhan atau tidak cocoknya antara lulusan SMK maupun sarjana dengan dunia kerja sama-sama menjadi fokus kedua startup ini. Kehadiran mereka sebagai talent solution dalam rangka memangkas kesenjangan tersebut dengan cara dan target pasarnya masing-masing.
Bincang-bincang berlanjut bagaimana cara mereka mengurangi gap yang ada, juga pengembangan produk dan lika-liku pada kedua startup. Berbagai hal lain terkait startup dan talent solution turut menjadi bahasan, termasuk pentingnya pemanfaatan talent solution bagi startup itu sendiri. Sehingga, tidak menutup kemungkinan layanan dari Waktukita.com ataupun Pijar Career dimanfaatkan oleh startup yang bergerak di bidang lain. (HR/RS)