,

Sivitas UII Hadirkan VaccarBio, Kotak Vaksin Berteknologi Pendingin Aktif

Sivitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menghadirkan karya inovasi baru. Kali ini, sekelompok tim peneliti yang dipimpin Izzati Muhimmah, S.T., M.Sc., Ph.D menggagas produk inovasi bernama VaccarBio, sebuah kotak vasin yang mengusung teknologi pendingin aktif bertenaga baterai. Hadirnya VaccarBio dilandasi kebutuhan distribusi vaksin ke pelosok negeri yang menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga kesehatan. Untuk menjaga kualitas vaksin, diperlukan suhu dingin yang konsisten. Sementara, kotak vaksin yang ada kebanyakan masih berpendingin pasif dengan bantuan es kemasan. Tentunya menjadi kendala jika harus dibawa-bawa dengan perahu kecil ke tempat terpencil.

Disampaikan Izzati Muhimmah, VaccarBio memiliki kapasitas dua liter atau setara 60 tabung vaksin, berukuran ringkas, dan mudah dibawa-bawa. Karena nilai kebaruannya, pihak Bio Farma pun menggandeng UII untuk menggunakan produk ini dalam pendistribusian vaksin. Tidak kurang 100 VaccarBio telah didistribusikan dan dipakai di segenap penjuru Indonesia.

Ditambahkan Izzati Muhimmah, inovasi ini hadir dari kreativitas mahasiswa Fakultas Teknologi Industri dan Fakultas Kedokteran UII yang sudah diteliti sejak 2019. VaccarBio diklaim bisa menahan suhu lingkungan dengan rentang suhu antara minus 5 derajat celcius hingga 45 derajat celcius. Hal ini dapat dicapai dengan teknologi pengatur suhu dengan sumber tenaga baterai yang tahan selama tujuh jam pemakaian. 

Menurutnya, VaccarBio bahkan sudah lolos uji coba panasnya suhu padang pasir dan dinginnya suhu di daerah salju. “Kita uji di Bio Farma dan diberi kesempatan untuk diuji alatnya di Chamber yang bisa mensimulasikan kondisi panas ekstrim di gurun maupun suhu yang di daerah bersalju,” ujar peneliti yang juga dosen Informatika UII tersebut.

Senada, Kepala Departemen Validasi dan Kalibrasi Bio Farma, Said Syahputra mengapresiasi bahwa alat ini bisa menjadi jawaban atas munculnya kesulitan saat harus melakukan vaksinasi ke pelosok desa. Tugas para tenaga kesehatan pun menjadi semakin efisien dengan bantuan alat ini.

“Masyarakat di daerah apabila butuh vaksin, mereka tetap harus mendapatkan kualitas vaksin yang terbaik. Artinya vaksin itu juga harus dibawa sampai ke titik di mana mereka disuntik dengan kondisi suhu yang sesuai 2-8 derajat celcius,” pungkasnya. (MIAY/ESP)