Sharing Knowledge Melalui BSI Academy
Badan Sistem Informasi Universitas Islam Indonesia (BSI UII) menyelenggarakan diskusi BSI Academy dengan mengusung tema “Devops Web Tech and Opensource”, pada Sabtu (16/2), di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. BSI Academy merupakan diskusi tentang informasi dan teknologi dengan tujuan menguatkan identitas UII, menjulangkan inovasi UII, melebatkan manfaat UII.
BSI Academy merupakan salah satu dari tiga sharing knowledge yang dilakukan oleh BSI UII bagi lingkup eksternal UII. Dua sharing knowledge lainnya yaitu diskusi dilingkup internal BSI “Tech Talk” yang dilakukan setiap Kamis pagi dan BSI Academy Internal UII dengan menggunakan GoogleEdu.
Kepala Bidang Perencanaan BSI UII, Kholid Haryono, S.T., M.Kom. menuturkan bahwa ke depannya BSI Academy ini akan dilakukan secara rutin setiap dua bulan sekali. “BSI Academy untuk eksternal UII ini baru kita mulai 2019, ini baru pertama kali dan ke depannya akan kita adakan setiap dua bulan sekali dengan menggandeng mitra kami dari luar UII,” jelasnya.
Kholid Haryono menambahkan, kegiatan rutin dua bulan sekali ini terinspirasi dari Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology. Secara cuma-cuma membagikan konten akademiknya dan beranggapan bahwa cara tersebut merupakan tawaran kepada masyarakat untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan akan berpengaruh terhadap kredibilitas dan kualitas diri.
“Semakin kita membagi ilmu, maka kualitas diri kita akan semakin baik. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh BSI UII, kita jadikan bahan untuk sharing,” imbuhnya.
Pada Sharing knowledge perdana ini menghadirkan M. Husni Adil Makmur selaku Senior Software Engineering Salestock Yogyakarta, Estu Fardani selaku Talent Acquisition & Development Specialist Binar Academy Yogyakarta dan Nashihun Amien selaku Devops Engineer Badan Sistem Informasi UII.
Dalam penyampaiannya, Husni menjelaskan mengenai In Memory Service. Dalam penggunaannya, terdapat pro dan kontra In Memory Service. Kelebihan dalam pengunaan In Memory Service yaitu kita dapat menambahkan logic berdasarkan pada informasi pada super real-time, mengurangi pekerjaan pada Google Cloud Dataproc, dan lebih sederhana. “Namun, kekurangan dalam penggunaan In Memory Service yaitu lebih banyak memory yang dibutuhkan,” ujarnya.
Pada sesi selanjutnya, Estu menjelaskan mengenai penggunaan Free Opensources Project. Menurutnya, Free Opensources project perlu dilakukan karena sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. “Orang Indonesia itu suka gotong royong, sehingga Opensources cocok untuk kita semua. Selain itu, Opensources dapat membantu orang lain, diri sendiri maupun perusahaan,” jelasnya.
Nashihun Amien menutup kegiatan sharing knowledge dengan menjelaskan mengenai sistem informasi UII yang terbaru yaitu UII Gateway. Menurutnya, pembuatan UII Gateway ini akan lebih mempermudah mahasiswa UII dalam Key-in RAS.
“Kelebihan dari UII Gateway itu dalam proses pencarian mata kuliah yang akan mahasiswa ambil pada saat Key-In RAS. Ada fitur keranjang yang akan mempermudah mahasiswa pada proses Key-in RAS dan tidak ada di Unisys. Namun, karena UII Gateway masih baru, jadi tetap masih banyak kekurangnya yang harus BSI benahi,” tutur Amien. (NI/RS)