Sakapari-13 Ankat Topik AI dalam Dunia Arsitektur
Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (Sakapari) kembali digelar dengan mengusung tema ”Artificial Intelligence in The City” pada Sabtu (9/3). Ini merupakan kali ke-13 Program Studi Arsitektur UII menyelenggarakan Sakapari. Pameran dan presentasi dilaksanakan di Gedung Mohammad Natsir, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, sementara webinar dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom.
Dalam diskusi dengan topik Artificial Intelligence, Sakapari-13 menghadirkan keynote speaker Mustapha El Moussaoui, Ph. D, dosen Free University Bozen-Bolzano. Beberapa speaker lainnya yang turut hadir adalah dosen arsitektur UII Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch, Ph. D, dan Aisyah Zakiyah, S.T, M. Arch. Selain itu, Sakapari diikuti oleh institusi internasional Free University Bozen-Bolzano, serta beberapa institusi nasional di antaranya UIN Saizu Purwokerto dan Unisa Yogyakarta.
Ketua Jurusan Arsitektur UII Prof. Noor Cholis Idham S.T, M.Arch, Ph.D. dalam sambutannya menjelaskan bahwa topik AI dalam dunia arsitektur menjadi topik bahasan yang menarik saat ini. “So, we have to deal with them (AI-red) because you know that, this mention have advantages, such as because they have resources like datas, also to predict, they have a kind of ability to predict the future,” ungkapnya.
Mustapha dalam presentasinya memperlihatkan bagaimana AI dapat menghasilkan beberapa gambar render skenario (prediction) dari satu gambar real yang nyata. AI dapat menerima sekaligus menggambarkan kembali setidaknya 5 skenario yang diinginkan, pertama dunia dengan tradisi masing-masing wilayah, kemudian dunia neo-kosmopolit, dunia yang individualis, dunia dengan konsep green innovations, dunia distopia yang menakutkan, dan terakhir adalah dunia dengan permasalahan lokal daerahnya.
Ia juga menjelaskan AI hanyalah sekedar ‘Extensions’ yang bertugas membantu pekerjaan manusia, sama seperti Handphone dan Kapak batu purba ribuan tahun lalu. Adanya ‘Extensions’ dalam dunia arsitektur tentu mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
Lebih lanjut, Mustapha menjelaskan bahwa sudah menjadi sifat utama seorang arsitek untuk memecahkan masalah dan menawarkan solusi. Dalam proses penguraian masalah, ia menunjukkan adanya faktor penting Critical Thinking yang tidak dapat digantikan oleh handphone, komputer, atau bahkan AI.
Sementara dikemukakan Aisyah Zakiyah, tergantung minat, jadi kalo memang minatnya di desain, di pengembangan desain, sebetulnya bisa sangat memanfaatkan AI ini untuk improve desain yang dibuat seperti, bagaimana AI dimanfaatkan untuk improve ke desain baik secara visual, bisa juga performance. “Tapi mungkin juga teman-teman di arsitektur juga bisa menjadi seorang yang membuat sistem itu,” pesan Aisyah Zakiyah. (MNDH/RS)