,

Rektor UII Sampaikan Tantangan Perdagangan Bebas ASEAN – Tiongkok

Dalam kunjungannya ke Nanjing Xiaozhuang University, Tiongkok (China) Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Nandang Sutrisno, SH, L.LM., MHum., Ph.D. berkesempatan menjadi pembicara di sebuah forum yang dihadiri mahasiswa dan akademisi setempat. Nandang Sutrisno mengangkat topik tentang perkembangan terkini Kesepakatan Perdagangan Bebas antara ASEAN dan Tiongkok (ASEAN-China Free Trade Agreement – ACFTA). Topik ini sangat terkait dengan aktifitas ekonomi negeri tirai bambu yang semakin meningkat di kawan Asia Tenggara.

Disampaikan Nandang Sutrisno, sejak diimplementasikan pada tahun 2010, ACFTA telah mendorong terjadinya peningkatan volume perdagangan yang signifikan antara kedua pihak. Namun demikian, ia menilai terdapat beberapa catatan dan evaluasi yang perlu diambil agar kesepakatan ini dapat menguntungkan keduanya.

“Meski dinilai sukses mengurangi tarif perdagangan, namun negara-negara ASEAN kurang berhasil memaksimalkan surplus dari neraca perdagangannya. Indonesia misalnya mengalami defisit perdagangan yang jumlahnya semakin besar dengan Tiongkok”, jelasnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena menunjukkan masih minimnya produk ASEAN yang menembus dan diterima pasar Tiongkok.

Menurutnya, langkah yang perlu diambil negara ASEAN adalah dengan memperkuat dan membenahi sektor industri dalam negeri sehingga mampu menghasilkan produk kompetitif yang dapat dipasarkan di Tiongkok. Sektor agribisnis masih memainkan peranan penting dalam relasi perdagangan ini. Impor Tiongkok terhadap produk agribisnis negara ASEAN terus meningkat dengan rincian, Vietnam (28%), Thailand (26%), Indonesia (25%), dan Malaysia (15%).

Di samping itu, pemerintah ASEAN dinilainya juga perlu mencermati tren pertumbuhan turis asal Tiongkok yang mengunjungi tempat-tempat wisata di negara ASEAN. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah memungkinkan warganya untuk menjadi turis internasional yang dikenal royal membelanjakan uang. Pariwisata dapat menjadi sumber pemasukan yang potensial bagi kedua pihak.

Ditambahkan Nandang Sutrisno, untuk menyambut peluang itu negara ASEAN haruslah memiliki sektor industri jasa dan pariwisata yang saling terintegrasi. “Di tahun 2016 saja ada 19.8 juta turis Tiongkok yang berkunjung ke ASEAN, sedangkan turis ASEAN yang ke Tiongkok tercatat sebanyak 10.3 juta,” imbuhnya.

Terakhir Nandang Sutrisno menggarisbawahi perdagangan bebas yang semakin berkembang di kawasan ASEAN – Tiongkok akan membantu dalam menciptakan stabilitas keamanan regional di kawasan.