Rektor UII Gelorakan Optimisme Kembali Kuliah di Jogja
Kondisi pandemi covid-19 yang mulai lebih terkendali memberikan semangat optimisme untuk memulai kegiatan perkuliahan tatap muka secara penuh bagi mahasiswa. Dengan kembalinya mahasiswa ke Jogja dinilai akan menggulirkan dampak positif bagi pemulihan ekonomi pascapandemi. Tidak dipungkiri, kehadiran mahasiswa di kota gudeg turut menggerakkan roda perekonomian di berbagai sektor.
Demikian disampaikan Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam Webinar Nasional 11 Tahun Tribun Jogja Bersama 11 Rektor Kampus di Yogyakarta pada Senin (11/4). Webinar bertemakan “Saatnya Mahasiswa Kembali ke Jogja” ini juga dihadiri secara virtual Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, RI Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A serta 10 rektor perguruan tinggi lainnya di wilayah DIY.
Diungkapkan Prof. Fathul Wahid, optimismenya didasari pada sebuah survei terhadap 51 perguruan tinggi swasta (PTS) di Jogja yang diambil pada Februari 2022. Sebanyak 68% pimpinan PTS yang disurvei mengaku optimis kondisi penerimaan mahasiswa baru di kampusnya akan sama atau bahkan lebih baik daripada tahun lalu.
Ia menambahkan ke-51 PTS tersebut ditaksir memiliki 145.000 mahasiswa. Jumlah tersebut terdiri dari 93.000 lebih mahasiswa pendatang dan 52.000 lebih mahasiswa yang berasal dari DIY. Kurang lebih sudah ada 47.000 mahasiswa pendatang yang telah kembali mengikuti kegiatan akademik luring di kampusnya masing-masing.
“Alhamdulillah kita menjadi saksi saat ini pandemi lebih terkendali. Ini juga menunjukkan bahwa minat anak bangsa untuk kuliah di Jogja masih cukup tinggi. Kita ingin semuanya datang ke Jogja ”, ucapnya penuh optimisme.
Menurutnya, mahasiswa pada dasarnya adalah wisatawan empat tahun di Jogja sehingga dampak kehadiran mereka sangat luar biasa.
Di akhir paparan, Prof. Fathul juga menyatakan kesiapan kampusnya untuk menggelar perkuliahan tatap muka. Beberapa persiapan yang telah dimatangkan antara lain, menyiapkan sivitas akademika dengan vaksinasi lengkap, protokol kesehatan, dan pedoman cara kerja baru.
Selanjutnya kematangan ekosistem teknologi informasi yang memungkinkannya memantau kepadatan penghuni gedung di kampus. Terakhir, pihaknya selama pandemi telah menggelontorkan dispensasi biaya pendidikan senilai 102 Miliar Rupiah bagi mahasiswa terdampak. “Jangan sampai ada mahasiswa putus kuliah hanya gara-gara pandemi”, tegasnya.
“Insyaallah kami sudah mulai luring di semester ini, 50% mahasiswa sudah. Jadi jika berkunjung ke kampus UII di Kaliurang jalan-jalan sudah penuh mobil dan motor”, pungkasnya.
Memerdekakan Kampus
Sementara itu, Mendikbud Ristek RI Nadiem Makarim menyoroti perlunya upaya memerdekakan pendidikan tinggi dari kungkungan yang menghambatnya berkembang. Menurutnya, sekat-sekat yang memisahkan dunia pendidikan dengan dunia industri harus mulai dihilangkan. Di samping itu, lingkungan perguruan tinggi juga harus bebas dari berbagai tindak kekerasan.
“Itu alasan kami meluncurkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang kunci keberhasilannya di tangan setiap rektor”, ungkapnya.
Ia menggarisbawahi kampus harus menjadi tempat yang aman dan merdeka dari kekerasan seksual. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbud Ristek) No. 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Aturan ini dapat diimplementasikan dengan baik jika pemimpin perguruan tinggi mempunyai keinginan untuk melindungi warga kampus. (YA/ESP)