Rektor UII Ajak Mahasiswa Baru Cintai Ilmu dan Seni
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., menjadi narasumber pada agenda Studium General yang digelar oleh Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Jum’at (2/9). Studium General bertema “Menumbuhkan Spirit Belajar yang Kreatif, Inovatif, dan Beradab di Era Digital” ini merupakan kegiatan fakultas dalam menyambut mahasiswa baru. Ucapan terima kasih dihaturkan oleh Dekan Fakultas Saintek Dr. Hj. Khurul Wardati, M.Si., kepada Rektor UII atas kesediaannya mengisi acara.
Di awal acara, Prof. Fathul Wahid mengajak para mahasiswa baru untuk lebih ingin dekat dengan ilmu pengetahuan, “kalau ilmu tidak ada, maka tidak ada pengetahuan. Ilmu itu menjadi kehidupan hati dan menjadi lentera dalam memandang sebuah hal,” ungkapnya. Kedalaman dan keluasan ilmu menjadi begitu penting untuk diperhatikan ketika menjalani kehidupan.
Tidak hanya itu, mendalami seni juga tidak kalah pentingnya. Fakta berbicara bahwa hampir semua pemenang nobel adalah orang yang minat akan seni seperti melukis, seni peran, dan lainnya. “Dengan seni setiap orang dapat melihat sesuatu menjadi lebih luas dan beragam perspektif,” tekan Rektor UII.
Prof. Fathul Wahid juga mengajak mahasiswa baru rajin membaca. Membaca dinilai menjadi begitu penting untuk dapat membuka cakrawala pengetahuan. Keutamaan membaca itu sendiri sejalan dengan perintah Al-Qur’an yang turun pertama, yakni membaca. “Kebiasaan membaca sejalan dengan kemampuan menulis, setiap penulis pasti harus membaca. Orang-orang yang mampu berbicara banyak dan santun pasti dirinya merupakan sosok yang gemar membaca,” jelasnya panjang.
Membentuk Karakter Pemuda Masa Depan
Tahun 2017 negara Uni Emirat Arab diwacanakan ingin membuka kota di Planet Mars, tahun 2020 dan 2021 angan-angan tersebut tidak hanya sekedar wacana. Para antariksa muslim dipimpin oleh perempuan berhasil menginjakkan kakinya di Mars. Rektor UII menarik tiga hal menarik dari kejadian yang ada.
Pertama itu merupakan simbol kebangkitan saintis muslim untuk membangun peradaban kembali. Kedua, perempuan nyatanya tidak lagi menjadi warga kelas dua melainkan dapat sejajar dengan pria. Dan ketiga setiap insan dapat menjadi kontributor ilmu. “Kita bisa menjadi produsen ilmu. Kalau yang seperti ini bisa masif didengarkan dan dilakukan, ini bisa menjadi awal kebangkitan kita,” jelasnya.
Lebih jauh, kritik juga disampaikan dalam pemaparan oleh salah satu rektor termuda UII itu terhadap fenomena yang ada. Pria berdarah Jepara itu menganggap setiap fenomena sains pasti dapat dijelaskan secara saintifik. “Perlu perenungan, riset, dan ikhtiar lainnya jangan berhidup di belakang takdir secara terus menerus. Kritik ini penting, jangan sampai kita terjebak seperti itu terus. Karena dengan begitu, tidak akan membawa kita ke mana-mana,” tegasnya.
Selanjutnya untuk membentuk karakter pemuda, dinyatakan setiap insan muda harus sadar bahwa dirinya adalah warga global. Dengan begitu pemikiran-pemikiran besar akan terlahir secara bertahap. Dijelaskan terdapat enam karakter warga global: berakhlak luhur, berjiwa pemimpin, menguasai multidisiplin ilmu, kreatif dan inovatif, menguasai bahasa internasional, dan lihai berteknologi.
Penekanan aktivitas dalam dan luar kampus juga disinyalir dapat membentuk karakter sejak dini. Dengan mengikuti berbagai aktivitas seperti organisasi, hal itu akan mendorong setiap insan mahasiswa bertemu dengan orang-orang yang beragam latar belakang.
Tidak cukup sampai di situ, dengan berorganisasi mahasiswa juga nantinya ditawarkan dengan segala permasalahan yang ada. Segala prosesi itu dinilai menjadi laboratorium hidup yang akan melahirkan karakter berbeda-beda. “ketika kita sudah terbiasa dengan masalah, kita punya pola pikir yang terstruktur untuk menyelesaikannya,” ungkap Rektor UII.
Terakhir, Prof. Fathul Wahid menitipkan pesan dan harapan bagi mahasiswa baru. Pengenalan diri menjadi satu aspek penting untuk menata masa depan yang cemerlang. “Jadilah pembelajar mandiri, kuasai teknologi untuk pengembangan diri. Apa yang Anda baca hari ini, akan menentukan karakter Anda dalam jenjang waktu 10 tahun ke depan,” pungkasnya. (KR/ESP)