Refleksi Diri Melalui Sejarah dan Peradaban
Barang siapa sedang belajar sejarah maka ia adalah orang yang beruntung karena belajar sejarah dapat menjadikan seseorang bijaksana. Dikatakan demikian karena sejarah membuat seseorang belajar membijaksanakan dirinya mengambil hikmah dan agar tidak terjatuh ke lubang yang sama dari berbagai pelajaran yang ada dalam sejarah.
Dalam rangka mempelajari sejarah Lembaga Dakwah Fakultas CENTRIS Fakultas Teknologi Industri dan Lembaga Dakwah Kampus Al-Fath UII menyelenggarakan tabligh akbar dengan tema “Menghidupkan Sejarah Bersama Centennial (Generasi Z”), pada Jumat (18/12). Narasumber yang dihadirkan adalah Ustadz Muhammad Edgar Hamas selaku founder dari @gen.saladin dan penulis buku.
Ustadz Edgar Hamas menyampaikan bahwa sejarah terdiri dari tiga komponen yakni manusia, tanah dan waktu. Namun ketiganya tidak ada artinya dan bukan apa-apa tanpa adanya agama. Agama lah yang menyelaraskan ketiganya, agama memunculkan ideologi dan menjadi penunjang faktor peradaban yang muncul di panggung sejarah.
Ustadz Edgar Hamas mencontohkan mengenai tiga komponen sejarah yang berbeda-beda. Ketika di zaman nabi Adam waktu manusia muncul pertama kali di muka bumi dan Qabil dan Habil menjadi permasalahan pembunuhan yang pertama ada di muka bumi. Nabi Muhammad berdakwah di tanah dengan nama daerah Makkah dan Madinah. Pangeran Diponegoro ada di Jawa melawan penjajahan.
Dari sedikit contoh dari sekian banyaknya contoh sejarah yang ada di muka bumi semuanya memiliki waktu, tempat dan permasalahan yang berbeda-beda. Bahkan Nabi dan Rasul pun dikaruniai dengan mukjizat yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena sebuah mukjizat menyesuaikan dengan apa yang sedang terjadi di zaman itu.
“Kalo sekarang ya bahasanya apa yang lagi viral atau trending,” tutur Edgar. Contoh hal yang sedang viral di zaman nabi Isa adalah hal yang berkaitan dengan medis maka mukjizat yang dimiliki Nabi Isa juga hal yang berkaitan dengan medis sepeti menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, dan sebagainya. Mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah Al-Quran yang hingga saat ini menjadi pedoman hidup seluruh umat Muslim karena Al-Quran berisi bahasa dan satra yang tidak akan terkekang oleh zaman.
Ustadz Edgar Hamas menjelaskan, ada kesamaan pola dalam sejarah yakni dimana ada kejayaan pasti juga ada kepurukan, setiap umat ada jatuh bangunnya. “Setiap negara ada masa susahnya, sebagusnya ekonomi Eropa saat ini tidak selamanya menjadi raksasa ekonomi di dunia dan sekarang akan jatuh yang bakal ganti oleh Tiongkok menjadi raksasa ekonomi di dunia,” ungkapnya.
Tapi ada sebuah umat yang Allah Swt kasih mukjizat yang ketika ditindas, dipukul, dijajah akan jatuh tetapi tidak sampai mati, yakni umat Islam. Mau sekarang dunia menjelekan agama Islam justru nantinya akan maju. Islam tidak akan mati, pertumbuhan muslim di tahun 2050 akan mencapai 75 persen.
“Masa depan berpihak kepada umat Islam, betapa mudahnya Allah Swt untuk membolak-balikkan suatu bangsa. Hal utama yang saat ini dilakukan adalah dengan ihtiyar untuk tetap melakukan segala sesuatu dengan baik dan setelahnya baru bertawakal pada Allah Swt. Jangan hanya pasrah tanpa usaha dan ihtiar,” tandas Ustadz Edgar Hamas. (HN/RS)