Ramadan sebagai Momentum untuk Menyayangi Diri Sendiri
Acara kajian spesial senja yang diselenggarakan oleh Safari Iman Ramadan (Safir) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali digelar pada Senin (10/3). Kajian kali ini menghadirkan Lifthya Ahadiati A., S.Psi., M.Psi, seorang dosen Psikologi UII, sebagai narasumber. Acara yang diadakan di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakkir ini mengangkat tema Bangkit dari Kegagalan, Melangkah dengan Keyakinan yang berhasil menarik perhatian banyak mahasiswa untuk hadir dan mengikuti kajian
Dalam pemaparannya, Lifthya Ahadiati A., S.Psi., M.Psi menerangkan bahwa setiap manusia memiliki jatah untuk gagal yang artinya mereka diajarkan untuk selalu mencoba dan terus belajar. Menurutnya, kegagalan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan justru kegagalan akan memberikan banyak pelajaran agar tidak jatuh dalam kesalahan yang sama.
“Kegagalan itu memiliki 3 tujuan baik tetapi manusia seringkali hanya menggerutu dan sibuk menyalahkan takdir Allah Swt. Pertama, kegagalan datang untuk mengabulkan do’a-do’a kita. Kedua, Allah menjadikan kita gagal karena ada sesuatu takdir yang lebih baik di kemudia hari. Ketiga, gagal menjadi cara Allah untuk berbicara dengan kita, karena biasanya ketika seseorang itu gagal, ia akan menangis dan mencurahkan isi hatinya kepada Allah swt” jelasnya
Lebih lanjut, ia memberikan solusi untuk dapat bangkit dari kegagalan dan Bulan Ramadan ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba berlapang dada dan ikhlas menerima kegagalan.
“Jika teman-teman pernah berada dalam fase yang menyedihkan, maka mari jadikan Ramadan kali ini sebagai momentum menyayangi diri sendiri. Dengan berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, syukuri segala nikmat yang Allah berikan, tingkatkan ibadah sholat, membaca al-qur’an serta sesekali melihat ke bawah ke mereka yang hidupnya jauh lebih susah daripada kita” ucapnya
Sebagai penutup, ia berharap bahwa selepas Ramadan ini para mahasiswa yang hadir dapat lebih ikhlas dalam menerima takdir Allah swt seperti kegagalan dan peristiwa-peristiwa buruk lainnya dengan menganggap itu semua sebagai ujian untuk meningkatkan kualitas diri di hadapan Allah Swt. (GRR/AHR/RS)