Ramadan Momentum Peningkatan Taqwa
Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Teknologi Industri (HMI FTI) mengadakan kajian keislaman dengan tema “Keistimewaan Ramadan: Momentum Peningkatan Taqwa, Menuju Pribadi yang Diridhoi Allah Swt.” pada Sabtu (9/4) secara daring dengan narasumber Dr. Qurtubi, S.T., M.T.
Qurtubi memulai pembahasan dengan mengenal taqwa. Taqwa adalah suatu hal ideal yang harus dituju, tapi sebagian besar hanya dapat dicapai pada suatu tingkatan yang terbatas. Taqwa juga dapat menjadi konsep yang paling konprehensif untuk menghindari kesalahan maupun kebenaran.
“Taqwa jaminan terbaik untuk menghindari bahaya disintegrasi dan kemusnahan karena setiap perbuatan tidak baik terhadap orang lain akan kembali pada dirinya sendiri,” jelasnya.
Taqwa memiliki fungsi utama, yakni menjadikan manusia dapat mengintrospeksi dirinya sendiri sehingga dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, kemudian manusia dapat melakukan penyinaran diri dengan sinaran moral.
Kemudian, Qurtubi juga membahas mengenai bulan suci Ramadan, bulan yang penuh rahmat, ampunan, dan berkah. Di dalam bulan Ramadan ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya. “Itulah sebagian dari keutamaan bulan Ramadan,” ungkapnya.
Qurtubi menyampaikan bahwa seorang muslim pada hakekatnya telah membentengi dirinya dari perbuatan keji dan munkar, meningkatkan keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah Swt. dengan menjalankan ibadah puasa. Bulan Ramadan dapat dijadikan momentum untuk memperkaya diri dengan ilmu Islam sembari mengamalkannya, meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. sembari menjalankan segala perintahnya, menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari termasuk bernegara.
Ia juga mengatakan kalau kita tidak bisa beramal yang besar, maka kita dapat mencoba beramal yang kecil namun berkelanjutan. Hal ini lebih bagus daripada tidak sama sekali. “Jangan meremehkan amal yang kecil,” tegasnya.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Arof ayat 96 yang artinya sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dalam tausiyahnya Qurtubi juga menyampaikan pendapat dari Prof. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar yang menjelaskan bahwa puasa itu diperintahkan kepada orang yang beriman. Sebab, hanya orang-orang beriman yang mampu melakukannya. Puasa bukan sekadar menahan lapar, dahaga, dan seks, tapi latihan mengendalikan diri yang mengantarkan seorang mukmin menjadi orang bertakwa.
“Akhirnya, jika kita melakukan amal ramadan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan, maka kita akan meraih keistimewaaanya. Berdasarkan hadist riwayat Bukhari,” pungkasnya. (MDL/RS)