Ramadan, Momen Untuk Memperbaiki Akhlak dan Amal
Rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan kegiatan Pesantren Ramadan untuk tahun 1439 H, pada Sabtu (2/6), di Gedung Kuliah Umum Pof. Dr. Sardjito UII. Kegiatan yang digelar selama satu hari ini, diperuntukkan bagi pimpinan, tenaga kependidikan, dan satpam yang ada di lingkungan Rektorat.
Adapun materi dan pemateri yang dihadirkan antara lain Fiqih Zakat oleh Ustadz Abdul Haris, Makanan Halal oleh Ustad Nanung Danar Dono, dan Manfaat Puasa Terhadap Kondisi Psikologis Manusia oleh Ustadz Sus Budiharto. Kegiatan ini juga dihadiri Rektor dan para Wakil Rektor UII Periode 2018-2022 yang baru saja dilantik pada 1 Juni 2018.
Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D dalam sambutannya mengatakan Ramadan hendaknya dapat dimaknai sebagai momentum untuk memperbaiki akhlak. Dengan memperbaiki akhlak dan sikap dapat melaksanakan apa yang telah menjadi pesan Rasulullah. “Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak ini merupakan hal yang sifatnya spontan, contoh mudahnya ketika bersin kita mengucapkan hamdallah,” ujarnya.
Fathul Wahid yang juga pernah menjadi santri Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin Kudus menambahkan, dalam masa kepemimpinan di UII ke depan jajarannya akan lebih fokus untuk mengelola orang dari pada infrastruktur. “Yang akan kita kelola nanti lebih ke orang-orangnya, karena yang utama adalah akhlak” ujarnya.
Fathul Wahid menambahkan, pelaksanaan kegiatan Pesantren Ramadan unit Rektorat UII kali ini bertepan dengan hari yang baik, yakni saat di mana Al Quran diturunkan. Pentingnya Al-Quran sebagai pedoman hidup ditegaskan dalam ayat pertama yang diturunkan. “Dalam ayat pertama kita diminta untuk membaca, dan tentunya tidak hanya sekali tetapi secara berulang-ulang,” jelasnya.
Sementara itu, Ust. Abdul Haris selaku pemateri pertama menjelaskan zakat merupakan kewajiban setiap umat muslim yang harus ditunaikan. Adapun zakat yang dikeluarkan pada bulan Ramadan disebut zakat fitrah.
“Di bulan Ramadan kita wajib mengeluarkan zakat fitrah yang gunanya untuk mensucikan jiwa kita agar amal ibadah kita di bulan Ramadan semakin sempurna”, jelasnya.
Sedangkan, di materi kedua Ustad Nanung Danar Dono menjelaskan semua umat muslim harus waspada terhadap pencemaran minuman beralkohol pada berbagai produk makanan, minuman, dan obat-obatan. Hal ini dianggap penting karena banyak yang tidak sadar bahwa makanan, minuman bahkan obat-obatan yang dikonsumsi ternyata mengandung zat yang diharamkan tersebut.
Ia mencontohkan produk seperti coklat ada yang mengandung wine, spirit, brandy wisky dan lain-lain. Produk adonan kue seperti Rhum Semprot, Rhum Essence, dan Rhum Bakar yang mengandung alkohol juga digunakan dalam masakan Ang Ciu, Arak Mie, Sari Tape pada Chinese Food, Sea Food, serta cuka vinegar.
“Menurut Islam minuman beralkohol itu bukan obat tapi penyakit sehingga kita diharamkan berobat menggunakan bahan yang diharamkan oleh Islam“, tutur Auditor Halal LPPOM MUI DIY itu.
Di materi ketiga, Ust. Sus Budiharto menjelaskan manfaat puasa bagi psikologis manusia. Berpuasa menurutnya adalah salah satu jalan mencapai derajat taqwa sehingga dalam menjalankan ibadah puasa, setiap manusia harus memaksimalkan ibadahnya kepada Allah SWT.
“Dengan puasa harusnya kita menjadi insan yang lebih taqwa, lebih sabar, lebih sadar, lebih pemaaf dan tak malu meminta maaf, lebih senang berinfaq dan membantu orang lain. Namun jika sebaliknya berarti ada salah dengan diri kita dan kita harus memperbaikinya”, pesan dosen Psikologi UII tersebut. (EF)