Rakorja UII 2024 Usung Tema Merawat Muruah, Terus Berbenah, dan Bergerak Lincah
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar agenda tahunan Rapat Koordinasi Kerja Tahun 2024 pada Selasa-Rabu (24-25/09) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Rakorja UII tahun ini mengusung tema Merawat Muruah, Terus Berbenah, dan Bergerak Lincah yang dihadiri oleh pimpinan UII tingkat universitas, fakultas, dan jurusan/program studi. Agenda ini diharapkan mampu menghasilkan forum diskusi yang inklusif, terbuka, dan sehat yang mampu menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif bagi kemajuan UII.
Fathul Wahid dalam sambutannya mengemukakan acara yang tiap tahun diselenggarakan ini dapat membawa semangat dan energi baru bahwa ada selalu hal-hal penting yang harus dilakukan di tahun-tahun yang akan datang.
“Kegiatan ini menjadi penting karena UII semakin besar warganya sudah 30 ribu, prodi sudah ada 59, asal mahasiswa beragam tidak hanya dalam negeri tapi juga meliputi lebih dari 20 negara. Artinya apa? Ada tantangan baru yang harus selalu direspon, belum lagi kebijakan negara yang kadang susah sulit diprediksi. Sehingga dengan kita menyamakan langkah, insyaallah kita akan menjadi mudah untuk menapaki masa depan,” ungkap Fathul
Fathul Wahid memaparkan 3 kata yang menjadi kunci penting dalam Rakorja tahun ini yang pertama adalah muruah yang berangkat dari sebuah kesadaran internal dan eksternal bahwa merawat hal ini bukan sesuatu yang secara otomatis terjadi tapi perlu diupayakan dan merawat muruah ini baik untuk diri sendiri dan sebagai bekal untuk bersuara lebih lantang di luar kampus.
“Kedua ada terus berbenah, saya yakin selama sekian tahun kita secara kolektif melakukan banyak hal tetapi kita sepakat perbaikan harus terus berkelanjutan tidak boleh berhenti karena perbaikan yang seringkali ditinggalkan, tidak diberi atensi maka akan kembali kepada hal yang tidak kita inginkan. Selain itu, terkait adaptasi terhadap perubahan banyak cara yang bisa kita amplifikasikan mulai dari regulasi mendadak yang harus kita respon karena kita tidak punya ruang negosiasi sampai pada karakteristik mahasiswa yang seringkali kita terjebak dengan mengeluh, saya sering mendengar keluhan di banyak ruang alih-alih mengalokasikan waktunya untuk memperbaiki pembelajaran, mencoba menerapkan kreativitas di banyak ruang tetapi justru mengeluh. Ini yang tampaknya harus kita respon, jangan-jangan kita yang harus berbenah,” jelas pakar bidang informatika ini.
Lebih lanjut, terkait bergerak lincah, Fathul mengatakan UII bagaikan pesawat jumbo yang jika pilot dan penumpangnya melakukan hal remeh seperti bermanuver tidak hati-hati maka akan banyak korban. Maka dari itu, dalam menjaga pesawat jumbo (UII -red) perlu adanya kehati-hatian tapi tetap lincah
“Meskipun kita jumbo besar kita syukuri tapi kita punya fleksibilitas dan ketangkasan. Jadi bagaimana kita bersama-sama kita sepakati, cepat dalam bertindak, merespon perubahan, disamping itu mari kita bersama-sama berinovasi yang bermakna, tidak hanya menghadapi tantangan tapi juga merespon dan memanfaatkan potensi. Potensi kita banyak mari sama sama identifikasi kekuatan kita dan kita jadikan basis lonjatan kedepan,” tuturnya.
Fathul Wahid menambahkan ketiga hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan tanpa kerja kolektif, sehingga kerjasama lintas unit sangat amat penting. “Kita bersyukur komunikasi, kerjasama, dan koordinasi dengan Yayasan Badan Wakaf berjalan dengan baik, alhamdulillah pintu ruang tersebut selalu terbuka. Kita berharap kegiatan baik ini kita rawat bersama-sama dan insyaallah hari ini dan besok akan kita diskusikan masa depan kita,” tambahnya
Sementara itu, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII dalam arahannya mengatakan kontribusi YBW akan terus meningkat untuk mendukung bidang pendidikan khususnya UII. Disamping itu, Dr. Suparman menyoroti disparitas program studi yang makin tajam.
“Berada dalam naungan fakultas, tarik menarik terjadi. Sudah saya sampaikan ke Pak Rektor kalau memang ada prodi yang menurut perkiraan akan berkembang pesat untuk menjadi fakultas, jalan, tidak usah ragu-ragu. Untuk prodi lain yang terancam karena perginya suatu prodi kita cari solusinya,” ungkap Dr. Suparman
Selain itu, Dr. Suparman juga memberikan arahan terkait kontrol dan administrasi pendidikan khususnya akreditasi. “Ada 1 2 prodi yang akreditasinya itu sudah habis atau terancam habis, tapi kontrol dan monitoring kita tidak jalan. Prodi-prodi yang selama 5 tahun sulit berkembang coba lakukan kajian lalu rumuskan jalan keluarnya apa dan jangan disandera, diajak rembuk orang-orang yang berpengalaman,” tuturnya
Ia juga menambahkan arahannya terkait penjaminan mutu yang perlu dikembangkan dan diperkuat dengan persepsi publik. “Kesan saya kita masih menangani penjaminan mutu itu kepentingan internal. Pernahkah kita melakukan uji kelayakan, bagaimana persepsi publik. Tidak usah takut hasilnya,” tambahnya.
Selain itu, beliau juga memberikan arahan dalam bidang pengabdian masyarakat baik itu dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) dan unit- unit dibawah naungan YBW UII untuk bisa terintegrasi.
“Kita ini punya misi untuk melakukan pembenahan dan pemberdayaan masyarakat ada institusi tingkat universitas seperti DPPM, Pusat Studi, Lembaga penelitian, lembaga pemberdayaan masyarakat di bawah naungan YBW, unit-unit non pendidikan di bawah YBW ini belum menjadi kekuatan yang intergrasi, kedepan harus kita padukan agar pengabdian masyarakat dapat menjadi lebih maksimal,” terangnya. (AHR/RS)