Psikolog Dihadapkan Berbagai Tantangan
Peran seorang psikolog di Indonesia saat ini dituntut agar mampu meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat. Tidak sekedar memiliki kemampuan yang baik namun juga harus bisa membangun kualitas hidup orang banyak. Hal ini disampaikan Drs. Fathul Himam, M.Psi., Ph.D., Psikolog selaku Anggota Majelis Psikologi Pusat (MPP) pada pengambilan sumpah profesi psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang ke-44. Sebanyak 10 wisudawan lulusan program studi Magister Psikologi Profesi (MAPRO) berpartisipasi dalam sumpah profesi yang dilaksanakan pada Sabtu (29/6) di Auditorium FPSB UII.
Disampaikan Fathul Himam dalam sambutannya sebagai seorang psikolog yang telah di sumpah harus mampu menyesuaikan diri pada perkembangan zaman. Seperti yang diketahui perkembangan dunia informasi dan teknologi saat ini berkembang cukup pesat. “Perkembangan teknologi saat ini harus mampu ditanggapi dengan baik. Pasalnya pola perilaku manusia saat ini bisa berubah seiring perkembangan zaman, sebagai seorang psikolog tentu juga harus memahami kondisi seperti ini,” terangnya.
Ia menambahkan sebagai psikolog yang telah di sumpah, diharapkan memberikan dampak yang baik terutama bagi kepentingan orang banyak. “Kita harus mampu menyesuaikan diri pada perkembangan masyarakat di sekitar kita. Harapannya tak hanya urusan dunia namun juga hingga akhirat kelak,” tambahnya.
Pada sumpah profesi psikolog ke-44 ini, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Rektor UII menyampaikan pesan kepada lulusan yang telah di sumpah agar tidak berhenti sampai disini dalam mengembangkan ilmunya. “Pesan saya kepada wisudawan agar senantiasa belajar sepanjang hayat dan menjadi anak panah yang mampu berkhidmat untuk umat,” ungkapnya.
Selain itu, Fathul Wahid mengatakan kepada wisudawan agar mampu berpikir secara logis dan kritis. Ia mengatakan jangan menunggu masalah itu datang baru memikirkan solusinya namun harus melihat dari sisi lain yakni potensi. “Jangan menunggu masalah datang, carilah potensi yang nantinya akan mengasah terus kemampuan kalian semua,” ujarnya
Fathul Wahid menambahkan bahwa sebagai wisudawan agar memperhatikan kode etik yang berlaku di profesi psikolog. Ini bukan sekadar berhubungan dengan nama baik almamater namun juga nama baik pribadi. Ia menganggap dengan menjaga nama baik pribadi tentu saja nama baik almamater juga akan baik. “Bersikap dan jagala tutur kata untuk nama baik pribadi. Jika anda baik makan nama almamater juga akan baik,” tuturnya. (ENI/RS)