Rektor UII dari Masa ke Masa
Abdulkahar Mudzakkir adalah Rektor Magnificus yang pertama sejak berdirinya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta pada tahun 1945. Pak Kahar, sapaan akrabnya, menjabat sebagai Rektor selama dua periode yaitu 1945 – 1948 (pada masa STI) dan 1948 – 1960 (pada masa UII) dan tercatat sebagai Rektor yang paling lama menjabat (15 tahun). Selain itu, Pak Kahar juga tercatat sebagai salah satu tokoh nasional yang menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tahun 2019, Pak Kahar mendapatkan Anugerah Gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia.
Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangoen tampil menggantikan Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir sebagai Rektor UII pada tahun 1960. Prof. Kasmat menduduki jabatan Rektor dalam waktu yang relatif pendek yakni hanya sekitar tiga tahun (1960-1963). Tetapi, dalam kepemimpinannya yang pendek itu Prof. Kasmat telah berhasil membawa UII berkembang lebih maju dengan dibukanya Fakultas Syariah dan Tarbiyah, cabang UII di luar Yogyakarta, dan diperolehnya status bagi fakultas-fakultasnya. Fakultas Syariah dan Tarbiyah dibuka pada tahun 1961 dan 1962 sebagai pengganti Fakultas Agama UII yang pada tahun 1950-an diambil alih oleh Departemen Agama.
Prof. Dr. Sardjito tampil menggantikan Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun sebagai Rektor UII sejak tahun 1963. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada yang namanya diabadikan sebagai mana rumah sakit terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (Rumah Sakit Sardjito) ini menjadi Rektor UII selama lebih kurang tujuh tahun. Dalam masa kepemimpinannya, status Disamakan untuk Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum UII diperoleh dari pemerintah. Dalam masa kepemimpinannya pula, UII semakin melebarkan sayapnya dengan membuka fakultas-fakultas cabang UII di berbagai daerah di Indonesia, seperti: Surakarta, Madiun, Purwokerto, Gorontalo, Cirebon, Bangil, dan Klaten. Pada periode Sardjito UII membuka Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran di lingkungan UII. Sardjito dikenal sebagai sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi, jujur, terbuka, dan selalu kerja keras tanpa pamrih. Ia tak pernah mau menerima gaji dari UII selama menjabat sebagai Rektor. Pada tahun 2019, Pak Sardjito mendapatkan Anugerah Gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah Republik Indonesia.
Prof. Dr. Sardjito wafat pada tahun 1973 ketika sedang menjabat Rektor UII. Kepergiannya yang tiba-tiba menyebabkan UII kesulitan mencari figur lain yang siap menjadi rektor definitif pada masa itu. Maka, jalan yang ditempuh adalah membentuk Presidium (Rektorium) UII yang terdiri atas H. GBPH Prabuningrat, Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun, dan Brigjen Sutarto. Presidium tersebut kendati hanya bertugas tidak lebih dari tiga tahun telah berhasil mengembangkan UII ke arah yang lebih maju. Kampus UII di Jalan Cik Di Tiro 1 yang terkenal itu merupakan buah usaha Presidium yang berhasil menggali dana dari NOVIB di Nederland.
H. GBPH Prabuningrat atau dikenal dengan BRM Tinggartala adalah salah satu putra dari Raja Jawa Mataram Hamengkubuwono VIII bersama dengan istrinya BRA Puspitaningdiya. Setelah masa Presidium tahun 1973, Pangeran Prabuningrat bersedia memangku jabatan Rektor definitif UII. Prabuningrat terpilih sebagai rektor dalam tiga periode berturut-turut (yaitu 1973 – 1978, 1978 – 1981, dan 1982 – 1986). Namun periode yang ketiga hanya sempat dijalaninya tidak sampai satu tahun karena pada akhir tahun 1982 ia wafat. Selama periode-periode kepemimpinan Prabuningrat ini kemajuan UII lebih terlihat terutama pada pembangunan sarana fisik sehingga UII berhasil membangun gedung-gedungnya sendiri. Dalam bidang akademik terlihat pula peningkatan status beberapa fakultas di lingkungan UII serta mulai digalakkannya pengangkatan dosen-dosen tetap. Pada masa kepemimpinan Prabuningrat ini pula animo masyarakat untuk kuliah di UII memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat.
Sebelum menjabat sebagai Rektor pada tahun 1983, Prof. Dr. Ace Partadireja merupakan tenaga pengajar di Fakultas Ekonomi UII. Sebab itulah mengapa kini namanya diabadikan sebagai nama gedung Fakultas Ekonomi (Kampus Condongcatur). Prof. Ace pada saat itu telah diamanahi untuk ikut menjadi anggota Pleno Wakaf UII, dan kemudian diangkat menjadi Bendahara Yayasan Badan Wakaf UII. Pada Sidang Senat Universitas tanggal 14 November 1981, Ace Partadiredja dipercaya untuk menjabat sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik). Pengangkatan beliau sebagai Pejabat Rektor dikarenakan H. GPBH Prabuningrat yang wafat dalam masa jabatannya sebagai Rektor UII Periode 1982-1986. Dengan kondisi tersebut, sesuai Statuta UII maka yang dapat menjadi Pejabat Rektor ialah Pembantu Rektor I yang pada saat itu dijabatnya. Ace Partadiredja kemudian menjabat sebagai Rektor definitif pada Periode 1983-1989.
Sejak bulan Juni 1989 Prof. Dr. H. Ace Partadiredja sebenarnya sudah tidak dapat melaksanakan tugasnya secara efektif karena menjadi guru besar tamu di National University of Singapore. Tugas sebagai rektor sehari-hari dilakukan oleh pembantu rektor di bawah pimpinan Pjs. Pembantu Rektor I. Akhirnya, sejak pertengahan November 1989, Ace Partadiredja menyerahkan mandatnya sebagai rektor kepada Pengurus Harian Badan Wakaf (PHBW) UII karena tuntutan keadaan. Berdasarkan penyerahan mandat itu, Senat Universitas dan PHBW UII menyepakati dibentuknya sebuah presidium yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas kerektoran di UII sampai akhir Desember 1989. Prof. H. Zaini Dahlan, MA ditampilkan sebagai Ketua Presidium dengan didampingi oleh dua orang anggota yaitu Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. dan Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif.
Pada akhir minggu ketiga bulan Desember 1989 Presidium tersebut berhasil menyelenggarakan pemilihan rektor definitif sesuai dengan statuta UII. Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti terpilih sebagai rektor UII periode 1990 – 1993. Pembangunan bidang akademik tanpa mengesampingkan penataan bidang administrasi tampaknya menjadi titik berat program Zanzawi Soejoeti. Hal ini tampak dari semakin dimantapkannya penyelenggaraan program studi lanjut bagi dosen-dosen (karyasiswa), pemantapan kurikulum, perhatiannya pada rasio dosen-mahasiswa, dan sebagainya.
Seharusnya masa jabatan Prof. Zanzawi Soejoeti sebagai rektor berakhir pada akhir Desember 1993 sehingga pada awal 1994 sudah tampil rektor baru. Tetapi pemilihan calon rektor pada pertengahan November 1993 tidak berhasil mendapatkan calon yang bersedia untuk menjabat rektor. Maka, pada bulan Desember 1994 Sidang Dewan Pengurus Badan Wakaf mengangkat kembali Prof. Zanzawi untuk menjadi Pejabat Sementara Rektor terhitung tanggal 1-31 Januari 1994.
Prof. H. Zaini Dahlan, MA sebelumnya pernah ditunjuk sebagai Ketua Presidium pada tahun 1989 ketika Rektor pada waktu itu, Ace Partadiredja, menyerahkan kembali amanat tugas Rektor kepada Pengurus Harian Badan Wakaf UII. Selanjutnya, kepemimpinan Zaini Dahlan sebagai Rektor definitif dimulai saat ia menggantikan Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc., dengan masa tugas secara berturut pada periode 1994 – 1998 dan periode 1998-2002. Pada periode kepemimpinan Zaini Dahlan, UII mencanangkan dasar pengembangan program di bidang akademik dengan kombinasi program yang efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya. Selain itu, program keterbukaan dan ukhuwah Islamiyah di kalangan sivitas akademika semakin diperkuat. Pengembangan akademik akan diarahkan pada pengembangan vertikal (jenjang pascasarjana dan diploma) serta pengembangan horisontal (Strata 1 Psikologi, MIPA, Teknik Industri dan sebagainya).
Luthfi Hasan terpilih menjadi Rektor UII pada periode 2002-2006. Pada periode tersebut, Rektor UII melaksanakan tugasnya dengan dibantu oleh empat orang Pembantu Rektor. Dalam periode kepemimpinan Luthfi Hasan, UII mendorong upaya peningkatan kerjasama, penjaminan mutu, serta peningkatan fungsi teknologi informasi untuk menunjang kegiatan akademik. Pada kurun waktu tersebut, UII juga mempersiapkan restrukturisasi organisasi untuk meningkatkan daya saing dalam dinamika kompetisi ketat perguruan tinggi.
Edy Suandi Hamid menjabat sebagai Rektor UII untuk dua masa jabatan berturut-turut yaitu Periode 2006-2010 dan Periode 2010-2014. Kiprah aktif beliau, khususnya dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia, telah menempatkan Prof. Edy untuk juga mengemban tugas sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) pada tahun 2008-2009 dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) pada periode 2011-2015. Dalam masa kepemimpinannya, UII dinobatkan sebagai perguruan tinggi swasta dengan penjaminan mutu terbaik di Indonesia (2009) dan untuk pertama kalinya UII mengikuti proses Akreditasi Institusi dengan hasil nilai akreditasi A (2013) dimana UII meraih hasil skor tertinggi di antara perguruan tinggi swasta di Indonesia pada waktu itu.
Harsoyo adalah dosen tetap pada program studi Teknik Sipil di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Ia terpilih sebagai Rektor UII untuk masa jabatan 2014-2018. Pada masa kepemimpinannya, UII semakin memperkuat rekognisi internasional melalui berbagai capaian prestasi institusi, dosen, maupun mahasiswa. Pola seleksi penerimaan mahasiswa baru juga ditambah dengan dibukanya jalur penelusuran hafiz Al-Qur’an. Harsoyo mengundurkan diri dari jabatan Rektor pada tahun 2017, dan digantikan oleh Nandang Sutrisno.
Nandang Sutrisno menjadi Rektor UII menggantikan Harsoyo yang mengundurkan diri dari jabatannya pada awal tahun 2017. Sebelum menjabat sebagai rektor, Nandang Sutrisno pernah mengemban tugas sebagai Wakil Rektor I pada periode kepemimpinan Prof. Edy Suandi Hamid. Dalam kepemimpinannya, UII mengukir berbagai prestasi gemilang di tingkat nasional dimana UII menempati peringkat pertama Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia dengan kinerja penelitian dan pengabdian masyarakat terbaik di Indonesia. Dalam proses re-akreditasi institusi yang telah dilaksanakan pada akhir tahun 2017, UII kembali meraih hasil nilai akreditasi A yang sekaligus menunjukkan kualitas UII sebagai salah satu perguruan tinggi unggulan di Indonesia
Fathul Wahid terpilih menjadi Rektor UII untuk periodes 2018-2022 menggantikan kepemimpinan Nandang Sutrisno. Sebelum mengemban amanah sebagai rektor, Fathul Wahid pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri periode 2006-2010 pada usia di mana ia tercatat sebagai dekan termuda di UII. Selain itu, Fathul Wahid juga tercatat sebagai Rektor termuda kedua, setelah sejarah mencatat Abdulkahar Mudzakkir dilantik sebagai Rektor paling muda di jajaran pimpinan Sekolah Tinggi Islam (STI)/Universitas Islam Indonesia dari masa ke masa. Dalam periode kepempinannya, UII mendapatkan akreditasi unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Fathul Wahid dipercaya kembali menjadi Rektor UII untuk periode kedua, 2022-2026.