Produksi Video Menggunakan Smartphone
Pada dasarnya manusia adalah makhluk visual yang lebih mudah memproses gambar dan video ketimbang membaca teks. Apalagi konten berbasis video yang sedang menjadi tren di segala kalangan maupun usia, menjadikan kemampuan beradaptasi dengan teknologi sangat diperlukan. Kini setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi content creator di era revolusi industri 4.0.
Hal tersebut disampaikan Bagoes Koesnawan, seorang full time filmmaker dan founder @hungtingpasarid di rangkaian acara Festival Konten Inspiratif (FKI) 2021: Workshop Produksi Video pada Jumat (30/8) yang diselenggarakan oleh Uniicoms TV milik Program Studi Ilmu Komunikasi.
Dalam diskusi yang mengangkat tema “How to Make Creative Video with Gadget” ini, Bagoes mengawali dengan membagikan kisahnya semasa kuliah yang lebih fokus pada bermain musik dan nge-band. “Terkadang ambisi itu menutupi potensi,” tutur Bagoes yang menyadari memiliki potensi dalam bidang industri kreatif videografi setelah ia lulus kuliah.
Hal fundamental seperti teknis dasar harus dikuasai sejak awal jika ingin menekuni suatu bidang, begitu pula dalam dunia videografi. Dengan banyaknya platform media sosial berbasis video dengan karakteristik yang berbeda-beda, ini menjadi tantangan tersendiri bagi para content creator. Tetapi ternyata, dengan kehadiran smartphone yang praktis dan kian canggih dapat memudahkan kita untuk merekam dimanapun dan menghasilkan video yang berkualitas.
Untuk mencapai hal tersebut Bagoes menjelaskan tentang hal-hal dasar mulai dari tipe pemilihan luas objek yang diambil, yaitu wide shot, medium shot, dan close up shot. Pergerakan kamera atau camera movement juga diperlukan untuk memperlihatkan suasana di sekitar agar lebih dramatis. Meminimalisir guncangan saat merekam video dengan gadget bisa dilakukan dengan menggunakan tripod, ataupun memegang handphone dengan kedua tangan kemudian meletakkan siku di antara perut dan dada. Footage video juga hendaknya diambil dalam beberapa angle yang berbeda disesuaikan dengan tipe musik yang akan digunakan nantinya.
“Kalau konten videonya naratif, recce atau tinjau lokasi akan sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan hal teknis maupun non-teknis di lapangan seperti menentukan posisi kamera dan lighting, mengantisipasi potensi keramaian, dan sebagainya apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, agar proses produksi berjalan dengan lancar,” tambah pemilik akun Instagram @bagustikus.
Transisi menggunakan teknik dissolve dalam editing melalui smartphone juga salah satu teknik yang paling aman untuk digunakan. 15 detik pertama dalam suatu karya video adalah detik yang krusial untuk mengundang perhatian penonton, oleh karena itu buatlah semenarik mungkin. Dalam proses editing menggunakan smartphone, Bagoes merekomendasikan aplikasi Inshot, Kinemaster, dan Splice.
Di akhir pemaparannya, Bagoes Kresnawan kembali menekankan para peserta workshop untuk mempersiapkan dan belajar hal teknis saat produksi video dengan baik agar nantinya tidak kewalahan dalam proses editing. “Karya itu abadi, apalagi di era digital,” tutupnya.
Ida Nuraini selaku moderator mengingatkan bahwa akan ada kompetisi film FKI 2021 dengan kategori fiksi, dokumenter, dan video podcast dan menyarankan untuk mengikuti akun instagram @uniicomstv untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. (MRS/RS)