Prodi PAI Gali Keteladanan Zaini Dahlan

Mengenal banyak tokoh berpengaruh merupakan salah satu langkah untuk memetik nilai-nilai keteladanan. Hal tersebut coba dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (PAI FIAI UII). Melalui kegiatan Sekolah Pemikiran Pendidikan Islam, Prodi PAI melakukan kegiatan diskusi pada Senin, (20/05) bertempat di Gedung K.H.A. Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII. Diskusi tersebut mengusung tema “Kepemimpinan Kharismatik Zaini Dahlan”.

Diskusi tersebut mendatangkan Syaifulloh Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.I selaku narasumber. Sebagai seseorang yang pernah bertemu langsung dengan Prof. H. Zaini Dahlan, MA, ia menjelaskan perjalanan hidupnya sebagai mantan rektor UII selama dua periode pada tahun 1994-2002. Beliau juga merupakan penafsir Al-Quran yang diterbitkan oleh UII dan dibagikan kepada setiap mahasiswa baru UII.

Zaini Dahlan dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik karena memiliki akhlak yang terpuji. “Beliau memiliki akhlak yang mulia. Ketika beliau datang, orang berbondong-bondong mendekatinya untuk bersalaman. Kata-katanya tidak pernah menyakiti karyawan.” Ucap Syaifulloh.

Selain itu, ada juga nilai kepemimpinan yang dapat dipetik dari beliau. “Teori kepemimpinan kan bermacam-macam. Ada pemimpin yang demokratis, pemimpinin otoriter, pemimpin militeristik, pemimpin lissez faire, dan pemimpin paternalistik. Dari semua jenis kepemimpinan yang ada, Beliau saya anggap sebagai pemimpin yang kharismatik. Ada banyak kebiasaan beliau yang bisa kita contoh salah satunya yaitu selalu mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 30 juz dalam satu bulan rutin.”, imbuhnya.

Syaifulloh juga menyebut kekhawatiran Zaini Dahlan akan pendidikan di Indonesia. “Ketika saya bertemu dengan beliau, ada beberapa kontribusi pemikiran dari beliau. Salah satunya yaitu beliau berpendapat bahwa semua aspek dalam pendidikan harus dibenahi terutama aspek pendidiknya.” Jelasnya.

Syaifulloh melanjutkan bahwa Zaini Dahlan menganggap bahwa sekarang pendidikan hanya sebatas mengejar target saja. Kepuasan lembaga pendidikan hanya sebatas memperoleh jumlah mahasiswa yang banyak. Hal inilah yang dianggap oleh Zaini Dahlan sebagai berkurangnya sifat keikhlasan dalam mendidik.

“Instansi pendidikan jika sudah memiliki mahasiswa yang banyak dan gedungnya bagus sudah senang. Kita sebagai pendidik seharusnya memperbaiki yang dididik. Itulah kesulitan dialami sampai sekarang ini.”, ujarnya menirukan.

Menurutnya, sifat kharismatik seorang pemimpin bisa lahir dari hatinya dan juga dapat diperoleh dengan cara dilatih. Sehingga ia menyarakan kepada peserta yang hadir bahwa untuk menjadi pemimpin yang kharismatik, mulai melatih diri dengan mengambil pembelajaran yang sudah dilakukan oleh Zaini Dahlan. (NIQ/ESP)