PKM Memberikan Banyak Manfaat Bagi Mahasiswa
Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni Universitas Islam Indonesia UII (DPKA UII) mengundang salah satu alumni Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-32, Gayuh Ajeng Wandansari, S.T. dalam acara Career Talk pada Jum’at (11/3) yang disiarkan secara langsung melalui platform Instagram @uiicareer.
Dalam Career Talk bertemakan “Could ‘Program Kreativitas Mahasiswa’ Elevate Your Career?” ini, Gayuh Ajeng membagikan berbagai tips dan langkah-langkah yang harus dipahami oleh para mahasiswa yang tertarik mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kedepannya.
Menurut Gayuh, ketika mengikuti PKM banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh mahasiswa, salah satunya adalah keahlian atau skill dalam penulisan. Dengan mengikuti PKM, keahlian menulis kita akan semakin terasah karena ketika mengikuti PKM, banyak momen di mana kita diharuskan untuk menulis dan harus menulis dengan baik.
“Karena kalau tidak, tulisan kita akan banyak dikoreksi, mulai dari gaya bahasa, format penulisan, hingga tanda baca pun menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan,” ujar Gayuh.
Selain itu menurut Gayuh, selain skill penulisan kita juga bisa mendapatkan relasi, terutama relasi teman-teman positif di dalamnya. “Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak PKM biasanya adalah anak-anak ambisius, meskipun tidak semuanya dapat dikategorikan seperti itu. Akan tetapi, dengan mengikuti PKM kita akan mudah mendapatkan teman yang dapat berperan positif bagi diri kita,” ucapnya.
Lebih lanjut diungkapkan Gayuh, bahwa relasi atau temannya ketika PKM dahulu masih terjalin dengan baik hingga saat ini. “Sebagai contohnya, sampai sekarang saya masih merasakan manfaatnya ketika teman-teman saya di PIMNAS dahulu masih berhubungan baik hingga sekarang, kita masih sering sharing dan berkabar, intinya banyak yang relate dengan pekerjaan,” imbuhnya.
Dalam kesempatannya Gayuh juga menyampaikan bahwa sebagian besar mahasiswa yang mengikuti PKM lebih dekat dengan para dosen dan civitas akademika di kampusnya masing-masing. “Kita akan lebih dekat dengan dosen, terutama dengan dosen pendamping karena di PKM ini prosesnya cukup panjang, mulai dari proposal hingga sampai ke PIMNAS sendiri kurang lebih satu tahun,” paparnya.
“Jadi dari sana kita akan lebih sering berdiskusi dan mengobrol dengan para dosen, dan bahkan orang dari Rektorat. Bahkan jika kita sering melakukan pendanaan di PIMNAS kita akan lebih dikenal dan menjadi tidak asing. Secara tidak langsung hal ini dapat memudahkan urusan perkuliahan dan pemberkasan kita karena sudah membawa nama baik kampus,” terang Gayuh.
Di akhir sesi, Gayuh menyampaikan ide PKM tidak terbatas di salah satu bidang saja, namun ide PKM bisa didapatkan dari berbagai aspek. Selain itu juga di PKM tidak hanya berisi orang-orang yang sudah mahir menulis saja, namun juga teman-teman yang belum pandai menulis tapi ingin mengasah kemampuan menulisnya juga sangat direkomendasikan untuk ikut PKM.
“Karena di dalam PKM yang dinilai bukan bagaimana cara kita menciptakan sesuatu, akan tetapi inovasi kita dalam mengembangkan sesuatu ataupun barang,” tandasnya.
Tentu dengan berbagai manfaat dan keuntungan yang didapatkan, menurut Gayuh juga terdapat rintangan yang harus dihadapi untuk mencapai PIMNAS. “Bagai sebuah emas di dalam sungai yang sulit untuk didapatkan, mungkin kata tersebut cocok untuk menggambarkan posisi dari PIMNAS, mengingat untuk mencapai PIMNAS sendiri sangat sulit. Namun jika berhasil masuk ke PIMNAS bagaikan mendapatkan emas di sungai yang keruh dan dalam,” tutupnya. (JR/RS)