Pesantren UII Gelar Tabligh Akbar dalam Rangka Peringatan Maulid Nabi

Pondok Pesantren (PP) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Tabligh Akbar dalam rangka menyambut serta memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut menghadirkan Dr. H. Fahruddin Faiz,S.Ag., M.Ag sebagai pembicara dengan tema “Merayakan Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan”. Acara diselenggarakan di Pondok Pesantren Putra UII, Condongcatur pada Senin (16/09). Jama’ah berlatar belakang mahasiswa dan masyarakat sekitar pondok turut menghadiri serta memeriahkan tabligh akbar tersebut.

Acara dimulai dengan pembacaan sholawat serta mahallul qiyam oleh hadroh Keluarga Mahasiswa Nahdhlatul Ulama’ (KMNU) kemudian dilanjutkan oleh sambutan pengasuh pondok pesantren putra,  Dr. Suyanto, S.Ag., M.S.I., M.Pd. yang dalam sambutannya berharap semoga tabligh akbar yang digelar dapat menambah kecintaan kepada rasul.

“Mudah-mudahan dengan kegiatan tabligh akbar ini dapat menambah kecintaan kita kepada Rasulullah dan semakin mempertebal rasa keyakinan keagamaan kita serta istiqomah dalam mengamalkan sholawat” harapnya

Acara dilanjutkan dengan tausiyah oleh Ustad Fahruddin Faiz, Ia menyampaikan materi tentang cara memperoleh keberkahan ilmu disamping banyaknya mahasiswa yang luput akan hal itu. “Kampus saat ini jarang membahas tentang keberkahan ilmu, semua berlomba-lomba untuk unggul, terkemuka dan lain sebagainya tapi jarang membahas barakah padahal dalam islam punvaknya sebuah capaian adalah barokah, maka dalam islam terkenal 3 istilah yaitu manfaat, maslahat, dan barakah,” ungkapnya.

Tausiyah yang disampaikan juga membahas terkait langkah-langkah mendapatkan ilmu yang barakah diantaranya ada 5 yaitu, niat yang benar, belajar yang serius, bersihnya jiwa khidmat atau menghargai guru dan buku, terakhir berdo’a, mendoakan dan meminta do’a dari orang lain. Sebagai penutup Ia menegaskan bahwa ilmu itu sesuatu hal yang suci maka pastikan sesuatu tersebut juga berada dalam wadah yang bersih dan suci.

“Ilmu ini adalah barang bersih, sementara jiwa kita adalah wadahnya karena lmu itu masuk ke pikiran, jiwa dan hati kita. Kalau ilmu yang bersih masuk ke wadah yang kotor maka hasilnya yang bersih jadi kotor. Sehingga jangan menggandengkan suatu hal yang bersih dengan suatu hal yang kotor” tuturnya menutup tausiyah. (GRR/AHR/RS)