Pesantren Ramadan 1444 H UII: Meneladani Jejak Kebaikan K.H. Abdul Halim
Bulan Ramadan merupakan momentum peningkatan kualitas iman dan takwa. Untuk meningkatkan semangat keagamaan ini, Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Pesantren Ramadan 1444 H pada Jumat (14/04) di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir bagi pejabat struktural dan pegawai di lingkungan Rektorat UII.
Dalam sambutannya, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M. Sc., Ph.D. mengajak hadirin menoleh sejenak ke belakang untuk melihat kembali nilai-nilai yang diajarkan, diyakini dan diamalkan oleh para pendiri UII.
“Bukan untuk terjebak di masa lampau, tapi untuk belajar. Banyak pelajaran yang bisa digunakan untuk pelajaran ke depan,” ungkapnya.
Ia menceritakan perjalanan K.H. Abdul Halim yang merupakan pendiri Jam’iyah Hayatul Qulub di Majalengka. Ada empat keteladanan K.H. Abdul Halim yang diceritakan oleh Prof. Fathul Wahid.
Pertama, perjuangan untuk bangsa Indonesia dan UII. Kedua, kegemaran K.H. Abdul Halim pada persatuan. Ketiga, selalu berpikir progresif demi masa depan bangsa dan keteladanan yang terakhir adalah konsep mendidik santri di pesantren miliknya yang bernama Santi Asromo.
Menurut penuturan Prof. Fathul Wahid, K.H. Abdul Halim mengenalkan konsep pendidikan kewirausahaan di pesantren miliknya serta kitab yang dikaji selain menggunakan bahasa Arab, juga menggunakan bahasa Inggris dan Belanda.
Konsep ‘Santri Lucu’ yang dinamai oleh K.H. Abdul Halim memiliki arti bahwa santri yang biasanya dikenal hanya mengaji, kali ini dikenalkan juga dengan konsep pertanian dan kewirausahaan.
“Supaya selain bisa memegang pena, juga bisa memegang pacul. Mbah Halim mendidik santrinya agar siap berperan di tengah masyarakat dan tidak menjadi beban masyarakat,” jelas Fathul.
Lebih lanjut, pada sesi materi yang disampaikan oleh Drs. Gampang Sagimin. Ia menyampaikan tentang amalan dan keutamaan di bulan Ramadan. “Ramadan itu momentum persiapan akhirat, tempat mengumpulkan bekal menuju perjalanan menghadap Allah,” ungkapnya.
Ada lima amalan utama di bulan Ramadan ini, Mudarasah Al-Quran, qiyam Ramadan, memperbanyak sedekah dan infak, berbagi makan buka puasa, dan meningkatkan semangat ibadah pada 10 hari terakhir. ”Kedatangan bulan Ramadan seperti kedatangan tamu agung yang pasti harus kita sambut dengan senang hati dan dengan hati yang lapang,” jelasnya.
Selanjutnya, Gampang Sagimin juga menjelaskan lima keutamaan di bulan Ramadan ini, yaitu mendapatkan ampunan di sisi Allah, bau mulut orang berpuasa akan semerbak mewangi, mendapatkan syafaat dari puasanya, memiliki pintu khusus ke surga serta kegembiraan bertemu dengan Allah.
“Memasuki 10 hari akhir Ramadan ini kita harus bersungguh-sungguh lagi mempersiapkan bekal untuk menghadap Allah. Siapa tahu Ramadan yang akan datang kita sudah berpulang,” pungkasnya. (LMF/ESP)