Perempuan Berdaya dan Berkarya dengan Ilmu Pengetahuan
Dunia ilmu pengetahuan yang luas merupakan tempat yang seharusnya ramah terhadap semua gender. Dengan menghilangkan batasan semu atas perbedaan itulah harmonisasi dapat tercipta dalam dunia sains. Dalam rangka mewujudkan kesetaraan akses pada ilmu pengetahuan yang lebih masif, Universitas Islam Indonesia (UII) turut serta berpartisipasi dengan mengadakan event Global Women’s Breakfast Day (GWB).
Melalui Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII dan dimotori oleh Jurusan Kimia, kegiatan yang bertempat di Conference Hall FMIPA UII pada Selasa (14/02) ini berlangsung semarak dengan dihadiri oleh seluruh sivitas akademika di lingkungan FMIPA serta masyarakat umum yang mayoritas adalah perempuan. Para panitia turut menyemarakkan suasana dengan berbusana adat dari berbagai suku di Indonesia.
GWB 2023 merupakan acara yang juga dilaksanakan di beberapa negara di dunia yang memiliki perhatian besar terhadap kesetaraan akses untuk ilmu pengetahuan bagi semua orang. Diadakan rutin sejak tahun 2017, GWB tahun ini mengambil tajuk “Breaking Barriers in Science”. Adapun kegiatan yang diselenggarakan UII berfokus pada pengembangan bahan kimia yang berasal dari alam untuk dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik. Bukan tanpa alasan, hal tersebut dilakukan karena Jurusan Kimia UII memiliki spesialisasi tersendiri di bidang minyak atsiri.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, juga menyampaikan hal yang senada dengan topik kegiatan. Menurutnya, keseimbangan dalam dunia ilmu pengetahuan dapat dicapai dengan menyeimbangkan antara keindahan dan ketelatenan yang lekat dengan perempuan. Kedua nilai itu semakin sempurna manakala berpadu dengan ketekunan dan keperkasaan yang identik dengan pria.
Selain itu, ia juga menambahkan pengetahuan tentang jumlah akademisi perempuan yang jumlahnya sangat banyak. Dengan jumlah tersebut tentulah perempuan memiliki andil yang juga demikian besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di Indonesia.
Stigmatisasi antara kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam hal ilmu pengetahuan menurutnya juga sudah ditanamkan secara tidak sadar pada pola sosial masyarakat kita. Mulai dari sistem pendidikan anak-anak, hingga kebiasaan sehari-hari di rumah. Untuk itu, ia mengajak agar masyarakat tidak lagi memandang perbedaan gender sebagai sesuatu yang menghalangi individu dalam mengakses kesempatan yang sebenarnya diperuntukkan untuk semua orang. (HM/ESP)