Peran Psikolog Muda dalam Merespons Covid-19 Dinanti
Psikolog muda diminta dapat memberikan sumbangsih keprofesian untuk meningkatkan solidaritas dalam menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan kompetensi walaupun sudah lulus dari program psikologi profesi mengingat pesatnya perkembangan pengetahuan.
Hal tersebut dikemukakan Ketua II Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dr. Andik Matulessy, Psi. pada acara Pengambilan Sumpah Profesi Psikolog, Program Magister Psikologi Profesi UII secara daring, Sabtu (31/10). Pada periode-49 ini, sebanyak 17 wisudawan lulusan berpartisipasi dalam pengambilan sumpah profesi.
Andik Matulessy menuturkan di masa pandemi psikolog dihadapkan dengan berbagai tantangan baru seperti tele-konseling psikologis dan tele-psikoterapi. Dengan maksud melakukan pendampingan psikologis, memberikan upaya untuk melindungi kondisi psikologi masyarakat yang terdampak secara emosional.
Andik Matulessy menambahkan, memasuki dunia karier persaingan dengan mengedepankan skill dan pengetahuan menjadi kunci sukses. Memiliki pengalaman juga akan memberikan nilai tambah bagi seseorang. Dengan banyaknya pengalaman seorang psikolog bisa memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Sikap (attitude) merupakan elemen penting, selain juga mengambil peran dominan terhadap suatu kepercayaan. Karenanya attitude harus selalu dibangun.
“Basis dari kompetensi adalah attitude atau sering dikatakan ethical condact atau ethical standart, kita mungkin punya pengetahuan yang bagus, keterampilan yang bagus, pengalaman yang memadai tetapi kalau kita tidak memiliki etika yang bagus tentunya juga akan mempengaruhi profesi kita. Hal yang dilakukan oleh satu orang dan melanggar profesi, sangat mempengaruhi bagaimana kepercayaan publik kepada keprofesian kita,” tutur Andik Matulessy.
Keterlibatan psikolog dalam berbagai kegiatan merupakan usaha dalam pemulihan keadaan. Andik Matulessy berharap keikutsertaan para psikolog yang baru saja disumpah untuk menjadi relawan dalam meningkatkan kesehatan mental terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. “Beberapa hari ini terjadi peningkatan 4.500 persen yang mengakses 119 extention 8, konsultasi psikologi. Sehingga membutuhkan sekali para relawan terutama psikolog untuk memberikan waktunya,” imbuhnya.
Sementara Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya berpesan untuk menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya. Untuk menghubungkan kegiatan praktek profesi dan aktivitas pembentukan peradaban, perlu membekali diri dengan memperkaya literasi untuk menghubungkan dengan masa depan. Fathul Wahid menyebutkan empat hal penting yang perlu dikembangkan. Pertama, literasi masa depan yang memungkinkan seseorang mampu mengimajinasikan masa depan, dari sinilah arah perjalanan kedepannya dapat direncanakan.
Kedua, berfikir secara sistemik (system thinking), ini merupakan pola fikir yang membuat seseorang berfikir secara keseluruhan. Ketiga, antisipation, antisipasi adalah bagaimana sikap kita merubah prilaku supaya relevan dengan kebutuhan masa depan, tanpa kemampuan antisipasi seseorang akan gagap menghadapi masa depan. Keempat, strategic forside, merupakan kemampuan seseorang melihat alternatif-alternatif dimasa mendatang, banyak kemungkinan kemungkinan yang terjadi karena sifat masa depan adalah jamak, bukan tunggal.
“saya berhadap dan mengajak saudara semuanya mulai hari ini untuk mengembangakan literasi tersebut, untuk mengembangkan diri sebagai warga masa depan yang lebih baik. Karenanya tetaplah tak bosan dalam belajar, teruslah melangkah di jalan kebenaran, janganlah lelah dalam menegakkan keadilan, dan janganlah mundur dalam berkiprah untuk merajut peradaban,” ucapnya.
Fathul Wahid dalam kesempatannya juga mengucapkan selamat bagi para alumni. Ia berpesan untuk selalu menjaga nama baik alamamater. “saya menitipkan untuk menjaga nama baik almamater kepada psikolog baru. Caranya sederhana, dengan menjaga nama baik pribadi, insyaAllah nama baik UII akan ikut terus terjaga. Do’a baik kami akan terus menyertai, semoga Allah meridhoi,” pungkasnya. (HA/RS)