Peran Pemuda Sebagai Penggerak Bangsa
Pemuda di era kontemporer memiliki peran untuk melestarikan kesuksesan yang telah diwarisi oleh generasi sebelumnya terutama dalam menjaga identitas bangsa. Dituntut untuk menjadi penggerak peradaban, dr. Gamal Albinsaid menyuarakan harapannya pada pemuda-pemudi pada acara Tabligh Akbar yang digelar secara virtual oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FMIPA UII pada Minggu (28/11).
Thorikul Huda, S.Si., M.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan dan Alumni FMIPA UII pada sambutannya mengatakan Tabligh Akbar tersebut digelar guna memperingati kelahiran sang revolusioner sejati baginda besar Muhammad SAW. Thorikul Huda berharap para pemuda-pemudi di lingkungan FMIPA UII mampu mengambil hikmah dari tabligh akbar yang digelar. “Sebagaimana Rasulullah dilahirkan ke muka bumi diutus untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik, kita sebagai generasi muda patut untuk meneladaninya”, sebutnya.
Lebih lanjut, dr. Gamal mengawali penyampaiannya dengan memberikan kilas balik perbandingan dakwah Rasulullah ketika di Mekkah dan Madinah. dr. Gamal menyebut 13 tahun dakwah Rasul di Mekkah dengan 10 tahun di Madinah memiliki banyak perbedaan signifikan khususnya pada jumlah umat yang pada akhirnya memutuskan memeluk Islam. Keputusan untuk hijrah ke Madinah ketika wilayah Mekkah kurang kondusif untuk mengembangkan dakwah menjadi tepat karena Madinah menyambut kehadiran Rasul dengan baik.
Dari kisah tersebut, dr. Gamal ingin para peserta yang hadir untuk turut mengambil pelajaran. Menurutnya, hijrahnya rasul bisa menjadi teladan bagi mahasiswa sebagai kaum terdidik untuk memberi kontribusi besar pada masyarakat dengan berbagai sumber daya yang mahasiswa miliki.
“Semakin berprestasi dan cerdas kawan-kawan mahasiswa, maka semakin berpengaruh dampak yang kawan-kawan berikan dalam memberikan semangat hidup bagi banyak orang di luar sana”, tandasnya.
Kisah lain yang dibagi dr. Gamal pada kesempatan itu adalah penaklukan Konstantinopel ke tangan Islam. Muhammad Al-Fatih sebagai seorang pemuda sekaligus pemimpin 150 ribu tentara pasukan Utsmani pada masa itu menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah kejayaan Islam. “Dari kisah Al-Fatih kita bisa ambil nilai perjuangan pemuda. Allah ingin tunjukkan bahwa pernah hidup seorang pemuda yang menjaga kedekatan diri dengan Allah dengan menyempurnakan niat, maka Allah akan memberikan pertolongan”, terang dr. Gamal.
Dari beberapa kisah yang telah disampaikan, dr. Gamal menyimpulkan bahwa jalan pemuda untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal bukanlah hal yang mudah. Pemimpin sejati terbentuk melalui banyak pengorbanan dan penderitaan yang panjang dan tak berkesudahan. “Jadi terdapat istilah Leiden is Lidjen, Jalan kepemimpinan adalah jalan penderitaan. Memimpin dengan menderita, bukan dengan bersuka cita karena sudah merasa tercapai hajatnya”, tandasnya.
Selain itu, dr. Gamal berharap para pemuda sebagai calon pemimpin bangsa harus mampu menjawab tantangan bahwa keterbatasan bukan merupakan pembenaran untuk tidak berkontribusi. (IAA/ESP)