Pentingnya Skill Bantuan Hidup Dasar Bagi Relawan Bencana
Tim Bantuan Medis Mahasiswa Humerus (TBMM Humerus) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) bersama Desa Tangguh Bencana (Destana) Sariharjo, Sleman mengadakan pelatihan terkait kebencanaan puting beliung pada Minggu (23/01) di Balai Desa Sariharjo. Materi disampaikan oleh dr. Wira Muhammad Rindra terkait bantuan hidup dasar (BHD) yang bisa dilakukan saat terjadi bencana.
Bantuan hidup dasar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat korban bencana mengalami keadaan yang mengancam jiwa. Saat terjadi bencana alam tidak hanya relawan yang turun ke lapangan untuk membantu proses penanganannya. Banyak pihak yang terlibat dalam tanggap bencana, seperti komunitas atau kelompok relawan.
“Apabila tidak memiliki kemampuan dan kompetensi yang memadai, keterlibatan relawan akan memunculkan masalah yang dapat menghambat proses penanganan bencana alam, seperti masalah kesehatan, keamanan, dan keselamatan dirinya sendiri,” jelasnya.
Wira menjelaskan hal pertama yang bisa dilakukan relawan saat mendapati korban bencana alam yang tidak sadar adalah memeriksa apakah korban mengalami henti jantung atau tidak. Caranya bisa dilakukan dengan menepuk bahu dan memanggil korban. Apabila masih tidak ada respon bisa mencubit atau menepuk korban. “Sebelum mendekati korban pastikan lingkungan sekitar korban aman,” jelasnya.
Setelah dipastikan lingkungan sekitar korban dan penolong aman dilanjutkan dengan pemasangan alat AED (automated external defibrillator). AED adalah sebuah alat medis yang dapat menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan guna menolong korban henti jantung.
Dia menambahkan langkah selanjutnya yang harus dilakukan penolong adalah memeriksa pernapasan korban. Penolong awam dapat melakukan kompresi dada dengan memberikan penekanan daerah bawah sternum (tulang dada yang menonjol) dengan teratur. Manfaatnya menciptakan aliran darah ke jantung.
Senada, Windyan Kestri Herdhani, Ketua Penyelenggara juga menganggap pelatihan BHD kepada relawan sangatlah penting. “Kami juga melakukan latihan simulasi dengan harapan peserta dapat memiliki skill tepat, baik, dan cepat,” jelasnya.
TBMM Humerus juga memberikan bantuan alat pertolongan seperti tandu, bidai, dan mitella yang bisa digunakan misal terjadi bencana. Windyan berharap acaranya ini dapat menebarkan manfaat dan memotivasi fakultas kedokteran lain terkait perannya di masyarakat. “Dalam rangkaian acara ini kami juga memberikan materi mengenai kesehatan mental saat bencana,” jelasnya.
Ia menyinggung bencana tidak hanya menimbulkan kerusakan fasilitas dan kerugian fisik namun juga berdampak pada kesehatan mental seperti timbulnya trauma. “Saat bencana puting beliung warga akan panik dan cemas. Salah satu teknik yang bisa dilakukan agar tetap tenang adalah dengan butterfly hug,” jelasnya.
Ketua Destana Desa Sariharjo, Aris Mawardi menyampaikan rasa terima kasihnya, ”Kami senang sekali diberikan pemaparan yang begitu detail, simulasi latihan, dan juga bantuan alat medis.” (UAH/ESP)