Pentingnya Perencanaan Karier di Era Industri 4.0
Perencanaan dalam mengejar karier merupakan salah satu hal penting mahasiswa dalam menentukan masa depannya. Di samping berlomba-lomba mengejar nilai akademis yang maksimal, mahasiswa juga dituntut untuk mampu merencanakan karier sesuai dengan minat dan pengalaman yang bisa mahasiswa dapatkan selama menjalani studi di jenjang perkuliahan.
Menyikapi hal tersebut, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni (DPKA) UII mendorong mahasiswa untuk mulai berani mencari potensi dan pengembangan diri melalui agenda Career Orientation Training yang diadakan pada Jumat (19/2) secara daring.
Career Orientation Training kali ini menghadirkan dua pembicara yang dibagi dalam dua sesi. Pembicara pertama yang dihadirkan adalah Dian Ayu Amalia, S.Psi., M.Psi., Psikolog., memberikan gambaran kepada peserta mengenai orientasi dan inspirasi karier para alumni-alumni di UII.
Dalam pemaparannya, Dian menjelaskan mengenai transformasi dunia industri 4.0 yang saat ini sedang kita rasakan pemanfaatannya. Menurutnya prioritas sektor industri di Era Industri 4.0 akan berkutat pada industri kuliner, kimia, tekstil dan busana, elektronik serta industri otomotif. “Kita bisa menyampaikan bahwasanya lima dunia industri ini bisa menjadi industri yang sangat di prioritaskan di dunia digital 4.0 saat ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dian menjelaskan mengenai beberapa perubahan yang terjadi pada dunia kerja pada zaman dahulu dan membandingkannya dengan masa sekarang. Dalam penuturannya, ia menjelaskan adanya pergeseran pola dalam penggunaan media yang digunakan pencari kerja dalam mendapat info lowongan pekerjaan. Info lowongan kerja yang dahulu biasanya hanya didapatkan dari iklan koran, kantor, atau tempat umum saat ini cenderung lebih mudah didapat pada platform online di internet.
Lalu pada penugasan kerja, Dian menyoroti penggunaan teknologi artificial inteligent yang saat ini disebut-sebut menggantikan sistem kerja manusia pada masa dahulu yang cenderung lambat. Bahkan pergeseran pola juga terjadi pada kantor atau tempat bekerja yang pada industri 4.0 cenderung lebih fleksibel melalui co-working space dengan desain dan fasilitas yang memadai.
Pengenalan industri 4.0 juga dijelaskan Dian dalam memberi gambaran mengenai tantangan dunia kerja yang berubah di mana pencari kerja wajib memiliki soft skill dalam penggunaan teknologi tanpa melupakan manajemen waktu dan disiplin dalam bekerja. “Ada tiga aspek besar dari keahlian yang dibutuhkan dalam 21st-Centuri Skills, yaitu kemampuan literasi, kompetensi, dan kualitas karakter dari masing-masing individu,” jelasnya.
Kemudian perencanaan karier menurutnya menjadi sangat penting karena dengan begitu, mahasiswa dapat mengetahui arah yang dibutuhkan dalam melihat dirinya sendiri di masa depan. Selain itu, perencanaan karier juga akan memastikan bahwa langkah yang benar telah diambil karena menyadari kekuatan dan kelemahan pribadi untuk kemudian menyusun rencana dalam mencapai tujuan yang dibutuhkan di masa depan.
Pada sesi kedua, Salma Dias Saraswati S.Psi., M.Psi., Psikolog, menjelaskan materi pengembangan diri dan perencanaan karier. Dalam pemaparannya, Salma menjelaskan mengenai langkah umum yang bisa dilakukan dalam perencanaan karier yaitu mulai dari menilai diri sendiri, menetapkan tujuan karier, menyiapkan rencana, hingga berujung pada aksi dari perencanaan tersebut.
Menurut Salma, dalam melakukan perencanaan karier, tahapan yang bisa dilakukan mahasiswa adalah dengan menemukan nilai berupa keterampilan dan minat individu. Kemudian adalah eksplorasi karier dan menetapkan tujuan yang berguna dalam menjaring informasi seputar masa depan.
Lebih lanjut, Salma menjelaskan model John Holland yang mengelompokkan minat orang-orang ke dalam enam tema atau kelompok yang biasa dikenal dengan akronim RIASEC. Kelompok RIASEC yang dijelaskan John Holland sendiri adalah Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising dan Conventional.
“Ke-enam minat ini merupakan minat besar yang bisa dijadikan ukuran oleh kita sebagai individu untuk lebih mengetahui dan mengeksplorasi lebih jauh minat kita lebih condong ke arah yang mana,” paparnya.
Di penghujung acara, Salma menjelaskan mengenai potensi diri pada minat dan rencana karier. “Dalam menemukan potensi diri, kita perlu untuk menemukan area minat yang sesuai dengan keadaan individu, kemudian memantapkan pada area minat yang paling kuat untuk kemudian mengeksplorasi karier yang didasarkan pada minat yang benar-benar kita kuasai tersebut”, ujarnya.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dalam menunjang karier menurutnya justru ada pada kegiatan akademis selama kuliah seperti kuliah lapangan, kegiatan magang, seminar, pelatihan karier hingga konseling terkait individu dan karier. (IAA/RS)