Pentingnya Nilai dan Adab dalam Pesatnya Kemajuan Teknologi
Menyikapi pesatnya kemajuan teknologi, Kompas Group (KG) Media menyelenggarakan acara Gagas RI ke-2 bertemakan “Perkembangan Teknologi dan Artificial Intelligence serta Konsekuensinya bagi Peradaban dan Kemanusiaan Kita Hari Ini dan Masa Depan”. Acara yang digelar pada Senin (20/3) di Studio 1 Kompas TV tersebut menghadirkan Dr. Karlina Supelli, seorang filsuf dan astronom sebagai narasumber, serta Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., sebagai panelis.
Sebagai pemateri tunggal acara, Dr. Karlina Supelli menyinggung terkait besarnya kontrol teknologi terhadap nilai-nilai kehidupan. “Teknologi terus melesat dengan gemilang, Revolusi Industri 4.0 semakin menekankan orientasi ke depan, kalau perlu masa lalu ditinggalkan jauh-jauh di belakang,” jelas Dr. Karlina Supelli.
Ia beranggapan bahwa pesatnya kemajuan teknologi dapat mempengaruhi berbagai aspek sosial. “Semakin maju teknologi, semakin kita berhadapan dengan satu masalah yang jarang sekali disebut, yaitu trans-ilmu, ini dikemukakan oleh Alvin Weinberg. Trans-ilmu adalah masalah-masalah yang dimunculkan oleh ilmu dan teknologi tetapi solusinya tidak mungkin diselesaikan hanya oleh teknologi, karena apa?. Karena melibatkan nilai, melibatkan hidup sosial manusia, bahkan mungkin melibatkan kepercayaan teologis (kepercayaan agama),” urainya.
Lebih lanjut, dipaparkan Dr. Karlina Supelli adanya kecenderungan terhadap teknologi di era sekarang. “Perekonomian kita tidak mungkin bebas dari ilmu dan teknologi yang mempengaruhi negara-negara lain, tidak bisa. Meskipun begitu prioritas pilihan itu persis perlu menyangkut faktor-faktor yang paling dasar bagi rakyat Indonesia,” lanjut Dr. Karlina Supelli.
Dr. Karlina Supelli menambahkan bahwa dominasi teknologi sudah terlalu masif di dalam kehidupan saat ini. “Kalau melihat faktor yang paling dasar ini pembicaraan tentang Artificial Intelligence (AI) tentang big data, sangat penting, masyarakat 5.0 itu membuat tenggorokan saya tercekat,” imbuhnya.
Sementara itu, menanggapi presentasi Dr. Karlina Supelli, Prof. Fathul Wahid sepakat bahwa seiring kemajuan zaman, nilai-nilai yang ada pada teknologi sudah berubah. “Saya yakin ketika Mark Zuckerberg membuat Facebook di tahun 2004, nilai yang disuntikkan saat itu berbeda dengan sekarang. Saat itu cenderung tentang pertemanan, sekarang sudah ada algoritma-algoritma ditanamkan dengan kecerdasan buatan untuk memanipulasi opini, menggiring perilaku, melakukan pengintaian, dan lain-lain”, ungkap Prof. Fathul Wahid.
Disampaikan Prof. Fathul Wahid, teknologi tanpa nilai adab akan menghilangkan nilai kemanusiaan. “Meningkatkan imajinasi kita untuk hidup bersama yang lebih baik, dan di sini kita diajarkan oleh ibu Karlina jangan sampai kehadiran teknologi itu justru memperbesar kesenjangan, dan semakin tinggi teknologi, ada tuntutan bahwa nilai adab ini menjadi sangat baik, sangat tinggi. Sehingga teknologi tidak menjadikan manusia tercabut dari akar kemanusiaannya,” lanjutnya.
Terakhir, Prof. Fathul Wahid memberikan pesan menarik berkaitan dengan implementasi teknologi ke depan. “Apapun perkembangan teknologi yang mungkin, yang muncul, yang kita gunakan, nilai adab tidak boleh kita lupakan dan itu pesan penting dari ibu Karlina”, tutupnya. (JR/ESP)